Purwokerto (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, segera menyosialisasikan peningkatan status Gunung Slamet dari Waspada menjadi Siaga kepada masyarakat.

"Kami sudah mendapat info dan rekomendasi untuk segera berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait peningkatan status Gunung Slamet. Siang ini, kami akan rapat koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas, Kodim 0701 Banyumas, dan pihak lainnya," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Banyumas, Prasetyo Budi Widodo, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Menurut dia, rapat koordinasi tersebut bertujuan untuk menyempurnakan rencana kontinjensi dan segera disosialisasikan kepada masyarakat.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan melakukan pendataan ulang logistik, kebutuhan darurat lainnya, hingga pengecekan jumlah penduduk di zona rawan terdampak erupsi Gunung Slamet.

Berdasarkan pendataan sebelumnya, kata dia, di Kabupaten Banyumas terdapat 35 desa dari tujuh kecamatan yang diprediksi terdampak erupsi Gunung Slamet.

Dari jumlah tersebut, lanjut dia, terdapat tujuh desa di tiga kecamatan yang paling rawan terkena erupsi, yakni Desa Melung (Kecamatan Kedungbanteng), Ketenger, Karangmangu, Kemutug Lor, dan Karangsalam (Baturraden), serta Limpakuwus dan Gandatapa (Sumbang).

"Dengan peningkatan status itu, radius bahaya diperluas menjadi 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet. Sejauh ini pemukiman warga Banyumas masih berada di zona aman, karena desa terdekat berjarak sekitar 8 kilometer dari puncak," katanya.

Sementara itu, BPBD Purbalingga juga segera menyosialisasikan peningkatan status Gunung Slamet kepada masyarakat di kabupaten itu.

"Siang ini, kami akan rapat dengan Bupati Purbalingga terkait peningkatan status Gunung Slamet. Kami akan segera menyosialisasikannya kepada masyarakat," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Purbalingga, Priyo Satmoko.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa di Purbalingga ada 10 desa yang jaraknya cukup dekat dengan puncak Gunung Slamet.

Menurut dia, desa-desa itu tersebar di empat kecamatan, yakni Karangreja (tiga desa), Mrebet (tiga desa), Kutasari (tiga desa), dan Bojongsari (satu desa).

Akan tetapi dari 10 desa tersebut, kata dia, terdapat dua desa yang jaraknya sangat dekat dengan puncak Gunung Slamet karena hanya berjarak sekitar 9 kilometer, yakni Desa Kutabawa dan Serang, Kecamatan Karangreja.

Selain itu, lanjut dia, di dua desa tersebut terdapat dua dusun yang jaraknya sangat dekat dengan puncak Gunung Slamet, yakni Bambangan di Desa Kutabawa dan Gunungmalang di Desa Serang.

"Desa-desa lainnya jaraknya dengan Gunung Slamet lebih dari 10 kilometer," katanya.

Seperti diwartakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Jawa Barat, meningkatkan status Gunung Slamet, Jawa Tengah, dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) pada Rabu, pukul 10.00 WIB.

Gunung Slamet meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.

Saat dihubungi Antara dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kepala PVMBG Muhamad Hendrasto mengatakan bahwa peningkatan status tersebut didasarkan pada aktivitas kegempaan vulkanik menunjukkan peningkatan utamanya gempa letusan, gempa embusan, dan tremor.

"Energi kegempaan (RSAM) juga meningkat. Deformasi (penggelembungan tubuh Gunung Slamet, red.) EDM (Electronic Distance Measurement) dari pos ke stasiun Cilik dan Buncis menunjukkan inflasi," katanya.

Terkait hal itu, kata dia, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat dan wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014