Kairo (ANTARA News) - Mesir memulai kampanye Sabtu bagi pemilihan presiden yang kemungkinan besar akan dimenangi oleh mantan panglima militer yang menggulingan presiden Mohamed Moursi, setelah ledakan-ledakan bom mematikan yang menimbulkan ketegangan di negara itu.

Pemilihan presiden 26-27 Mei bertujuan untuk memulihkan pemerintah yang dipilih setelah militer menggulingkan Moursi Juni lalu, diduga kuat akan menempatkan mantan panglima militer Abdel Fattah al-Sisa pada jabatan itu, lapor AFP.

Satu-satunya pesaingnya adalah Hamdeen Sabbahi dari kelompok kiri, tampil sebagai tokoh oposisi yang mengklaim mewakili cita-cita dari pemberontakan tahun 2011 yang menggulingan orang kuat Hosni Mubarak, sementara pemerintah menindak tegas para pembangkang.

Abdel Fattah, yang populer karena menggulingkan Moursi, dianggap oleh para pendukungnya sebagai seorang pemimpin kuat yang dapat memulihkan stabilitas, tetapi para lawannya khawatir pemerintahnya akan mengekang kebebasan yang telah diperjuangkan dalam pemberontakan pro-demokrasi tiga tahun lalu.

"Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Mubarak adalah kebijakan-kebijakan yang saat dilakukan oleh pemerintah dukungan militer, kata Sabbahi dalam rapat kampanye di kota Assiut di selatan negara itu.

"Tujuan kita adalah untuk memperoleh kepercayaan rakyat mengubah kebijakan-kebijakan korupsi, tirani dan kemikinan," katanya, dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi.

Sabbahi, yang mendapat peringkat ketiga dalam pemilu tahun 2012 yang di mana Moursi menang dianggap sebagai kemungkinan kecil menang dalam menghadapi dukungan berlimpah bagi Sisi, dengan banyak warga Mesir merindukan kembalinya stabilitas setelah tiga tahun unjuk rasa, aksi kekerasan sipil dan ekonomi yang terpuruk.

Jika Sisi , 59 tahun menang ia akan memulihkan satu garis militer pada jabatan-jabatan penting negara itu yang diganggu oleh pemeritah sipil Moursi selama setahun berkuasa.

Pemerintah melakukan tindakan keras terhadap para pendukung Moursi dengan sekitar 1.400 orang, sebagian besar dari kelompok Islam tewas dalam bentrokan-bentrokan di jalan dan ribuan orang lain dipenjarakan.

Satu pengadilan Kairo Sabtu menghukum 102 pendukung Moursi sampai 10 tahun penjara karena melakukan aksi kekerasan dalam protes.

Satu pengadilan lain belum lama ini menghukum mati 683 orang, termasuk pemimpin tertinggi Ikhwanul Muslimin Mohamed Badie karena aksi kekerasan yang menimbulkan korban jiwa Agustus lalu. Tindakan itu membuat marah masyarakat internasional

Sisi belum mengutarakan program pemilihannya, dengan para pejabat kampanye mengatakan ia akan menunggu sampai kampanye dimulai. Masa kampanye akan berakhir 23 Mei.

(Uu.H-RN)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014