Jakarta (ANTARA News) - Pelatih Tim Nasional Sepak Bola Indonesia U-19, Indra Sjafri, mengakui organisasi pertahanan anak-anak asuhnya sangat buruk kala ditahan imbang Myanmar 1-1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, Senin.

"Organisasi pertahanan kami malam ini sangat jelek, Yama (Hansamu Yama Pranata) yang diharapkan jadi 'leader' pemain bertahan malah sering terpancing ikut naik ke depan," katanya dalam konferensi pers usai pertandingan.

Menurut Indra, Yama juga terpancing emosinya oleh para pemain lawan dalam insiden yang berakhir dengan kartu merah dari wasit Oki Dwi Putra Sanjaya untuk Yama pada menit ke-93.

"Bukan hanya terpancing ke depan, Yama juga kerap terpancing emosinya oleh para pemain Myanmar," katanya.

Di sisi lain, Indra juga mengakui bahwa strategi yang diterapkan tim asuhan Gerd Friedrich Horst cukup efektif menutup ruang gerak Kapten Timnas U-19, Evan Dimas Darmono.

Hal tersebut membuat strategi serangan Garuda Jaya berusaha memanfaatkan bola-bola panjang tidak berjalan efektif.

Namun, Indra justru turut mengomentari perangai yang ditunjukkan sejumlah pemain Myanmar yang dianggapnya kerap berlama-lama tergeletak setelah terjadi kontak badan dengan para pemainnya.

"Agak heran juga saya kenapa mereka banyak menunda-nunda pertandingan," katanya.

Perihal anggapan menunda-nunda pertandingan juga sempat ditanggapi oleh Horst, yang menilai para pemainnya tidak melakukan hal tersebut dengan sengaja.

"Menurut saya mereka tidak ada yang berpura-pura. Indonesia memang memainkan sepak bola fisik yang keras, di 20 menit awal saja salah satu pemain kami, Mg Mg Lwin, harus ditarik keluar karena cedera," ujarnya.

Pertandingan persahabatan antara kedua tim berakhir imbang 1-1 dengan masing-masing gol dicetak oleh Muchlis Hadi Ning Syaifulloh untuk Indonesia di menit ke-4 dan Myanmar membalas lewat Aung Thu pada menit ke-8.

Kedua tim akan kembali melakoni laga persahabatan, dua hari berselang pada Rabu (7/5) di tempat yang sama, Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014