Jakarta (ANTARA News) - Manajemen PT Semen Gresik Tbk memperkirakan laba bersih perusahaan pada tahun ini akan melonjak hingga 20 persen dibanding 2005, sementara hingga semester I tahun ini labanya mencapai Rp663,45 miliar. "Pertumbuhan laba 20 persen diperkirakan tercapai, seiring naiknya volume produksi dan keberhasilan efisiensi biaya yang diterapkan di perusahaan," kata Dirut Semen Gresik terpilih Dwi Sutjipto, usai mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, di Jakarta, Kamis. Dwi menjelaskan, kenaikan laba didorong meningkatnya harga semen akibat dampak keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Oktober 2005, yang berakibat harga semen juga melonjak. Ia menjelaskan, volume produksi semen pada semester I 2006 cenderung tetap, namun memasuki semester II penjualan sedikit mengalami peningkatan. Sehingga hingga akhir 2006 peningkatan diproyeksikan dapat tumbuh sebesar 10 persen. Hingga Agustus 2006, total penjualan Semen Gresik mencapai 10,48 juta ton atau merosot 1,7 persen dibanding periode sama 2005 yang mencapai 10,66 juta ton. Penjualan tersebut terdiri dari penjualan di pasar domestik mencapai 9,56 juta ton, atau meningkat 1,7 persen dibanding periode sama tahun 2005 yang mencapai 9,40 juta ton. Sementara penjualan ekspor hingga Agustus 2006 mencapai 916.000 ton, turun 27,5 persen dari periode sama tahun 2005 sebanyak 1,26 juta ton. "Meskipun pada delapan bulan pertama (Januari-Agustus) 2006 terjadi penurunan total penjualan, namun dalam triwulan terakhir penjualan diperkirakan akan melonjak seiring tingginya konsumsi semen nasional, karena sejumlah proyek-proyek properti dan jalan tol mulai dilaksanakan," katanya. Diakuinya, konsumsi semen nasional (domestik) hingga Agustus 2006 mencapai 20,41 juta ton atau turun 2,7 persen dibanding periode sama 2005. Konsumsi semen khususnya di Pulau Jawa turun 7,8 persen, dari 13,29 juta ton pada 2005 menjadi 12,25 juta ton pada 2006. Sementara itu, konsumsi semen di luar Pulau Jawa naik signifikan antara lain di Pulau Sumatera sebesar 7,1 persen, Kalimantan (1,7 persen), Sulawesi (9,2 persen), Nusa Tenggara (1,1 persen), Maluku dan Papua (11,1 persen). Dwi menjelaskan, sesuai kebijakan yang ditetapkan kuasa pemegang saham Semen Gresik, perusahaan akan lebih mendahulukan kepentingan permintaan pasar di dalam negeri kemudian memikirkan untuk ekspor. "Ekspor akan dipenuhi jika di dalam negeri tidak bisa menyerap lagi. Tahun ini (2006), ekspor diperkirakan 2 juta ton," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006