Surabaya (ANTARA News) - Sejarahwan dari Surabaya Prof DR H Aminuddin Kasdi MS menengarai hingga kini tercatat 86 aktivis komunis/PKI yang menjadi anggota DPRD di seluruh Indonesia. "Gerakan mereka memang sudah merambah ke semua bidang, bahkan tahun lalu sudah ada 86 aktivis mereka yang menjadi anggota DPRD di beberapa daerah di Tanah Air," ujarnya kepada ANTARA News di Surabaya, Sabtu. Menurut guru besar Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu, politisi-politisi yang mendukung langkah-langkah mereka secara tak langsung juga ada, yang getol mengkampanyekan hak asasi manusia sebagai bagian dari ajaran komunisme. "Bahkan ada seorang tokoh nasional menuduh G-30-S merupakan peristiwa yang terjadi akibat PKI diperalat Pak Harto dan hal itu merupakan pelanggaran HAM berat, karena itu rekayasa itu akan diajukan ke Mahkamah Internasional," ucap Koordinator pengawas pendidikan di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu. Di kalangan pendidikan, katanya, mereka sudah melakukan upaya perombakan kurikulum sejarah, sehingga peristiwa G-30-S/PKI saat ini hanya disebut G-30-S tanpa istilah PKI di dalam kurikulum, kemudian peristiwa 1948 di Madiun sudah hilang dari kurikulum sejarah 2004. Selain itu, peluncuran buku "Aku Bangga Menjadi Anak PKI" yang menggambarkan keinginan untuk memberi contoh terselubung kepada keturunan Tapol/Napol PKI agar menyebarkan kembali paham komunis dan mengembangkan sikap tidak percaya kepada pemerintah. "Mereka juga sudah mencoba melakukan class action di PN Jakarta Pusat untuk merehabilitasi nama baik mantan Tapol/Napol dengan kompensasi (ganti rugi), namun upaya itu gagal, padahal kalau berhasil akan menjadi preseden untuk diajukan ke pengadilan di Indonesia," paparnya. Namun, kata penulis buku "Kaum Merah Menjarah, aksi Sepihak PKI-BTI Tahun 1960-1965 di Jawa Timur" itu, upaya membendung kebangkitan komunisme atau PKI di Indonesia saat ini tidak bisa lagi dilakukan dengan ketetapan (Tap) MPR atau keppres (keputusan presiden).(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006