Dubai (ANTARA News) - Iran mengonfirmasikan dua kasus pertama MERS, virus mematikan yang pertama kali dilaporkan dua tahun lalu di Arab Saudi, negara tetangganya di sebelah barat Teluk.

Sindrom Pernapasan Timur Tengah Corona-Virus (MERS) menimbulkan gejala batuk, demam, dan terkadang pneumonia mematikan, dan telah menewaskan sekitar 30 persen dari pasien terinfeksi.

Tidak ada vaksin atau pengobatan khusus untuk MERS, yang telah menewaskan lebih dari 175 orang di Arab Saudi dan menyebar ke seluruh kawasan, bahkan sampai ke Malaysia, Yunani, Lebanon, dan Amerika Serikat.

"Empat terduga kasus infeksi virus corona ditemukan dalam sebuah keluarga di provinsi Kerman. Dua dari kasus ini adalah dua bersaudara," kata Direktur Jendral Penyakit Menular pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Iran, Mohammad Mahdi Gouya.

"Salah satu dari dua bersaudara itu dalam kondisi kritis dan satunya lagi masih dalam perawatan khusus," kayanta seperti dikutip dalam laman kementerian.

Melonjaknya kasus infeksi di Arab Saudi menimbulkan keprihatinan mengingat gelombang jemaah haji dari seluruh dunia diperkirakan mulai masuk pada Juli selama bulan Ramadan.

Gouya seperti dikutip Press TV mengatakan bahwa Teheran telah mengirimkan tim medis terlatih ke Arab Saudi, di mana mereka mempelajari kasus-kasus MERS di kalangan jemaah haji Iran.

Jemaah haji Iran harus menjalani pemeriksaan kesehatan setelah mereka pulang, imbuh dia dikutip Reuters.

MERS merupakan virus yang berasal dari keluarga yang sama dengan SARS atau Sindrom Pernapasan Akut yang telah menewaskan sekitar 800 orang di seluruh dunia setelah kemunculan pertamanya di Tiongkok pada 2002.
(S022)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014