... maka bangsa ini akan mengalami kehancuran dan menjadi negara boneka bagi bangsa lain yang kuat secara ekonomi dan politik... "
Kupang, NTT (ANTARA News) - Tokoh adat asal Lamahala, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT, Buchori Kader, mengatakan, syarat Indonesia menjadi bangsa disegani bangsa-bangsa lain, jika pemimpin bangsa ini mampu mengembalikan negeri ini ke akar sejarahnya.

"Akar sejarah kita multikulturisme yang sudah lama diabaikan pemimpin bangsa ini setelah mendiang Presiden Soekarno. Karena itu, Bung Karno selalu menggelorakan semangat Jasmerah --Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah-- kepada siapapun yang memimpin negeri ini," katanya, dalam percakapan budaya, di Kupang, Jumat.

Kader mengemukakan pandangannya dalam diskusi dengan Meo Naek (Panglima Besar) Adat dan Budaya Kemanusiaan Pulau Timor, Yoseph Ariyanto Lu Teflopo, di Sonaf (Istana) Huketu Kop Nan Olanit Babau Na Pan Muti Lilo Ma Baknas.

Predikat sonaf itu dalam bahasa Indonesia bermakna "pusat peradaban yang melahirkan kemerdekaan bagi rakyat semesta." Diskusi juga menyitir pendapat seputar calon presiden-calon wakil presiden mendatang. 

"Jika tidak ada pemimpin yang mampu mengembalikan bangsa ini ke akar sejarah dan budayanya, maka bangsa ini akan mengalami kehancuran dan menjadi negara boneka bagi bangsa lain yang kuat secara ekonomi dan politik," kata dia.

Indikasi bangsa ini melupakan akar sejarah, kata dia, sangat jelas. Yaitu tidak tercapainya suara partai politik yang signifikan dalam Pemilu Legislatif, 9 April 2014.

"Dalam sejarah pemilu kepala daerah dan pemilu presiden sebelumnya pun, belum pernah tercatat dua paket calon yang maju dalam gelanggang pertarungan politik," kata dia. 

Tetapi jumlahnya bahkan bisa mencapai lima atau enam pasangan calon. Kenapa dalam pemilu presiden saat ini, hanya tercatat dua paket calon saja yang maju? Ini tanda zaman yang patut dibaca dan ditelaah oleh semua anak bangsa. 

Dalam penerawangan dia, akan terjadi dua putaran Pemilu Presiden meski hanya diikuti dua paket calon. Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memiliki kekuatan politik seimbang.

Pewarta: Laurensius Molan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014