Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Gula Indonesia mengimbau kepada Kementerian Perdagangan untuk mengendalikan impor gula rafinasi (kristal putih) karena mulai merembes ke pasaran.

"Jadi, jangan membiarkan impor gula hingga stok gula yang di dalam negeri benar-benar bisa terserap," kata Staf Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) saat dihubungi di Jakarta.

Dia mengatakan, masih banyaknya stok gula di gudang ditambah dengan merembesnya gula rafinasi di pasaran yang bersaing dengan gula lokal, membuat pasar semakin jenuh.

Saat ini, dia menyebutkan, pasokan gula di gudang masih sekitar 650.000 ton, seharusnya kebutuhan masih bisa terpenuhi tanpa perlu impor.

Yadi menyarankan seharusnya impor gula rafinasi di bawah kebutuhan impor gula putih, yakni 2,3 juta ton per tahun.

"Pasokan kita sudah maksimal untuk kebutuhan rafinasi, secara total masih oversupply (kelebihan pasokan)," katanya.

Selain itu, dia juga mengimbau kepada Kemendag untuk memperketat pengawasan distribusi refinasi yang memang hanya untuk industri makanan dan minuman.

"Seharusnya sampai bisa membuktikan faktur-faktur pajak, selama ini kebanyakan hanya surat kontrak saja," katanya.

Sebelumnya, Penasihat Senior AGI Adig Suwandi mendorong pemerintah untuk mengekspor gula rafinasi untuk menyeimbangkan stok gula sehingga tercipta keseimbangan harga yang bersaing.

Adig menyebutkan stok gula terhitung Desember 2013, yakni 1,24 juta ton dan masih tersisa 800.000 ton pada April 2014, jumlah tersebut diperkirakan mencukupi kebutuhan hingga akhir 2014.

"Artinya, dalam satu bulan itu penyerapannya hanya 100.000 ton, ini sangat kontradiktif dibanding dengan periode-periode sebelumnya hingga 220.000-250.000 ton," katanya.

Dengan lambatnya penyerapan stok gula, lanjut dia, menunjukkan kondisi pasar yang jenuh dan akan berdampak pada turunnya harga gula.

"Satu-satunya membuat (harga) bergairah ini memang harus ada pengendalian stok," katanya

Namun, dia menekankan agar pemerintah menjamin gula rafinasi tidak "merembes" agar tidak menjadi kepada kompetitor terhadap gula lokal.

"Kedua, harus ada segmenteasi gula lokal dengan rafinasi untuk industri, artinya dikembalikan kepada industri makanan dan minuman dengan distribusi tertutup," katanya.

Kalau perlu, lanjut dia, dilakukan kontrak pembelian terhadap perusahaan-perusahaan tersebut.

"(Stok) refinasi bisa direm sedikit dan (ekspor) menjadi instrumen yang bagus bagi terbentuknya harga gula yang baik," katanya.  (J010/Z002)

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014