Washington (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF), Kamis, di Washington, menyatakan dapat menerima keputusan Indonesia yang akan membayar utangnya lebih cepat dari jadwal.
"Kami menyambut baik keputusan pemerintah Indonesia," kata juru bicara IMF, Masood Ahmed, kepada para wartawan setelah mendengar keputusan pemerintah Indonesia.
"Kami menilai pembayaran utang ini merupakan gambaran kuatnya pemulihan ekonomi, mencerminkan kemampuan untuk melunasi utangnya dan kami akan terus berupaya menciptakan hubungan yang lebih erat dan dialog dengan pemerintah Indonesia, tidak saja soal ekonomi Indonesia, tetapi juga ekonomi di kawasan Asia Tenggara," ujar Ahmed.
Ia mengatakan pemerintah Indonesia akan membayar sisa utangnya sebesar 3,2 miliar dolar secepatnya pada minggu depan setelah cadangan devisanya terus meningkat.
Sebelumnya, Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa menjadi 42,35 miliar dolar AS pada akhir September 2006, naik dari sebelumnya yang berada di posisi 42 miliar dolar AS pada akhir Agustus 2006.
Indonesia keluar dari program IMF tahun 2003 dengan total pinjaman sebesar 9,8 miliar dolar AS. Indonesia kini sedang menjalani program "Post Monitoring" IMF tahun kedua, artinya negara yang punya jumlah penduduk terbesar ke-4 ini mampu bayar utangnya secara normal, sesuai kesepakatan tujuh tahun.
Indonesia seharusnya melunasi utang tersebut pada tahun 2010, namun pada tahun 2006 ini Indonesia sudah mampu mempercepat pelunasannya, sehingga ada peluang IMF yang hilang dari yang seharusnya dibayar sampai tahun 2010, jelasnya.
"Lebih dari itu dengan percepatan pembayaran itu menjadi sinyal yang baik bagi perekonomian Indonesia, juga kita dapat bekerja tanpa beban dan timbul kepercayaan diri," tambah dia.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono mengatakan, keputusan ini sudah menjadi keputusan BI untuk melunasi seluruh utang jika cadangan devisa cukup. "Cadangan devisa yang ada sebasar 42,3 miliar dolar AS cukup untuk kegiatan impor selama 4,6 bulan."
Keuntungan dari percepatan pembayaran ini, katanya, paling tidak Indonesia bisa menghemat sekitar 500 ribu dolar AS, karena sampai akhir tahun ini Indonesia harus membayar bunga utang sebesar 22 juta dolar AS, namun dengan percepatan ini IMF menjadi kehilangan pendapatan potensial sebesar 21,5 juta dolar. (*)
Copyright © ANTARA 2006