Tasikmalaya (ANTARA News) - Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis menghadiri acara Silaturrahim Kiai Kampung untuk Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) di Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Saya ingin mencoba memberi pemahaman dan klarifikasi mengenai isu-isu yang banyak sekali beredar selama pencapresan saya. Ini penting supaya masyarakat bisa memilah-milah, mana yg benar, yang salah, yang isu dan bukan isu," kata Jokowi.

Dia mengatakan selama melakukan kampanye, ada beberapa pertanyaan yang sering kali ditanyakan warga seputar pencalonan dirinya sebagai presiden.

"Pertama, mengenai isu penghapusan tunjangan sertifikasi guru. Itu tidak mungkin saya hilangkan, kalau ditambah pasti. Kalau dihapus ya bagaimana. Masa percaya dengan isu begitu. Logikanya kan gak masuk," ujarnya.

Dia juga menyebut penyebaran isu bahwa namanya Herbertus Joko Widodo dan ayahnya warga negara Singapura sebagai fitnah.

"Banyak memang yang mencari-cari kesalahan saya. Karena tidak berhasil menemukannya, akhirnya membuat fitnah, dan yang paling cepat menyebar pasti fitnah yang berkaitan dengan SARA," tutur Jokowi.

Mantan Wali Kota Surakarta itu juga mengklarifikasi isu yang beredar terkait penghapusan beras subsidi untuk warga miskin dan keterlibatannya dalam kasus pengadaan bus Transjakarta yang berkarat.

"Logikanya tidak masuk lah. Pengadaan bus-bus itu tanggung jawab pengguna anggaran, yaitu dinas terkait. Sedangkan, saya bertindak sebagai pihak yang hanya memerintahkan dinas untuk melakukan pembelian bus Transjakarta," katanya.

Ia juga memberikan penjelasan soal sebutan "presiden boneka" yang kerap ditujukan kepadanya.

Dia mengatakan sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensiil sehingga wewenang sebagai presiden itu akan dimanfaatkan dengan baik untuk menentukan menteri-menteri, ketua lembaga dan lain-lain.

"Kalau mau kasih usul, silahkan, siapa saja boleh. Tapi, nanti yang memutuskan adalah presiden sebagai pemimpin negara. Pemimpin itu harus tegas. Artinya, berani membuat keputusan dan berani mengambil resiko. Itulah artinya tegas," katanya.

Jokowi dan Jusuf Kalla mengikuti pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun ini dengan dukungan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura, dan PKPI.

Pesaing mereka, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, maju dengan dukungan Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Bulan Bintang.

Pewarta: Rr. Cornea Khairany
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014