Tokyo (ANTARA News) - Indonesia dan Jepang mulai Selasa (10/10), di Tokyo, akan memulai kembali putaran keenam pembahasan perjanjian perdagangan bebas bilateral, untuk mengatasi perbedaan yang muncul sehingga membuat negosiasi tersendat, kata kementerian luar negeri Jepang, Jumat. Kedua negara Asia, pada Juli tahun lalu, sepakat memulai pembahasan Perjanjian Kemitraan Ekonomi yang komprehensif, dimana termasuk di dalamnya perdagangan barang dan jasa, investasi, pergerakan arus manusia dan kebijakan kompetisi. Delegasi Jepang untuk pertemuan yang akan berlangsung 10-13 Oktober, seperti dilaporkan AFP, akan dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri, Mitoji Yabunaka sedangkan Dubes RI untuk Jepang, Soemadi Brotodiningrat memimpin tim dari Jakarta. Dalam pertemuan itu akan ada pembahasan soal perdagangan barang dan jasa serta investasi. Para peserta akan bekerja untuk membuat kerangka perjanjian, katanya. Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu, pada Agustus lalu mengatakan bahwa ada sejumlah isu sulit yang akan diselesaikan dalam pertemuan tersebut. Mari Pangestu menyatakan, perbedaan antara Indonesia dengan Jepang tidak terkait masalah tarif tetapi isu standar atas produk. Ia menyatakan, negosiasi atas jasa dan investasi juga akan mengalami kesulitan. Jepang dalam beberapa tahun terakhir terus membentuk pakta perdagangan bebas (FTA) dengan negara lain dalam upaya mengamankan akses bagi bahan baku dan pasar ekspornya. Pembahasan FTA antara RI-Jepang merupakan langkah maju pada saat pembicaraan mengenai liberalisasi perdagangan bebas global mengalami kebuntuan, sehingga dihentikan oleh WTO pada Juli lalu akibat perbedaan tajam antara Uni Eropa dengan Amerika Serikat (AS) soal reformasi pertanian. FTA pertama Jepang adalah dengan Singapura yang berlaku efektif akhir 2002. Selanjutnya Tokyo juga melakukan perjanjian bebas dengan Meksiko, Malaysia, Thailand dan Filipina. Saat ini Jepang juga sedang bernegosiasi dengan Korea Selatan, enam negara Teluk kaya minyak dan 10 anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN).(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006