... hubungan seks antara dua orang dewasa sesama jenis selalu atau hampir selalu salah... "
Singapura (ANTARA News) - Gabungan warga beragama Kristen dan Islam di Singapura meminta pengikut mereka mengenakan baju putih akhir pekan ini, memrotes ulah tahunan ke-6 Pink Dot, yang menuntut hak bagi kaum homoseksual.

Pada tahun lalu, kaum itu mencatat rekor jumlah peserta dengan 21.000 orang.

Singapura menghadapi berbagai masalah yang menimbulkan kemarahan publik, mulai dari masalah imigrasi, kenaikan biaya hidup hingga hak bagi kaum homoseksual.

Juga tempat perselisihan pendapat dicegah dan pertemuan politik harus mendapat izin tidak peduli berapapun jumlah pesertanya.

Aksi Pink Dot pada 2013 dilakukan hanya beberapa bulan setelah Pengadilan Tinggi Singapura menolak petisi meninjau kembali undang-undang mengkriminalkan kegiatan seksual antar-lelaki.

Ustaz Noor Deros melancarkan gerakan mengenakan baju putih, WearWhite, pekan lalu dan mendesak umat Muslim tidak ambil bagian dalam aksi Pink Dot pada Sabtu.

Halaman facebook tersebut mendapat lebih dari 3.000 tanda suka.

"Gerakan ini berawal dari pengamatan kami atas meningkatnya normalisasi LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transjender) di Singapura," demikian tertulis dalam laman WearWhite.

Turut bergabung dalam gerakan itu Lawrence Khong, kepala Gereja Baptis Faith Community dan jaringan berbagai gereja LoveSingapore. Ia mendorong jemaah gereja mengenakan baju putih dalam kebaktian akhir pekan ini.

Khong mengatakan, gerakan WearWhite dimaksudkan membela posisi pemerintah.

"Kami tidak bisa dan tidak akan mengizinkan homoseksualitas sebagai gaya hidup alternatif," kata Khong dalam akun Facebooknya.

Mayoritas warga Singapura menentang perkawinan sesama jenis, meskipun dukungan terhadap Pink Dot terus meningkat sejak dimulai pada 2009, dan didukung perusahaan termasuk BP Goldman Sachs dan Google.

Riset Institut Studi Kebijakan awal tahun ini menunjukkan 78,2 persen warga Singapura merasa hubungan seks antara dua orang dewasa sesama jenis selalu atau hampir selalu salah, dan 72,9 persen menentang perkawinan homoseksual.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014