Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan RI Juwono Sudarsono membantah jika dirinya pernah mengatakan bahwa partai-partai Islam dewasa ini telah disusupi oleh gerakan-gerakan radikal Islam seperti diberitakan media massa pada 5 Oktober sebagai hasil ceramahnya di Freedom Institute. "Saya sama sekali tidak pernah menuduh bahwa partai-partai Islam di Indonesia dewasa ini telah disusupi oleh gerakan-gerakan radikal Islam," kata Menhan dalam Siaran Persnya di Jakarta, Selasa. Pihaknya, lanjut dia, hanya menguraikan perbandingan gerakan teror yang dilakukan gerakan komunisme-Maoisme di Asia pada 1960-an yang memandang partai-partai nasionalis seperti PNI, Partindo, dan Murba sebagai "kurang revolusioner" dan "borjuis kapitalis" karena itu harus dimusuhi. Demikian pula, para pelaku bom Bali I dan II yang memandang partai-partai Islam di Indonesia seperti PKS, PBB, PBR dan lain-lain sebagai "kurang Islami" karena menjadi bagian dari sistem politik yang "tidak Islami" dan "dikotori gaya hidup kapitalis". Menhan justru menegaskan bahwa partai-partai Islam bersama partai berbasis muslim seperti PKB dan PAN semuanya menerima empat konsensus dasar kenegaraan yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan RI dan Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu, ujar Menhan, semua partai tersebut tidak bisa disusupi ideologi teror meski memakai kedok agama Islam. Menhan juga mengatakan, ideologi radikal di setiap agama kemungkinan ada, tetapi tetap harus melihatnya pada perspektif yang lebih luas karena radikalisasi ditentukan juga oleh kondisi khusus dan keadaan negara yang bersangkutan. Menurut Juwono, ideologi radikal bisa tumbuh di Indonesia bila terdapat ketimpangan dalam kehidupan dan membuat para pemuda merasa kehilangan harapan untuk hidup. Bila tak ada jalan lain kemungkinan mereka mudah tertarik mengambil jalan pintas seperti melakukan jihad dalam arti sempit termasuk bunuh diri, ujarnya. Ideologi radikal, ujarnya, kadang bisa memicu orang-orang terdidik di kalangan atas tertarik kepada jalan pintas, sehingga membenarkan membunuh orang lain yang tak sesuai ideologi mereka dan karenanya perlu dicari jalan keluar agar mereka tak tertarik pada hal yang radikal.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006