Sanaa (ANTARA News) - Dua hari setelah pejuang Houthi mengambil alih Provinsi Imran, Yaman utara, sekitar 90 kilometer dari ibu kota Sanaa, Presiden Abdo Rabbu Mansour Hadi memutuskan untuk mengganti sejumlah pemimpin militernya.

Komandan daerah militer pertama, Mayjen Ahmad Abdullah Al-Somalia, digantikan oleh Mayjen Abdulrahman Al-Halili, mantan komandan Brigade ke-27 yang berbasis di Provinsi Hadramaut.

Komandan daerah militer ketujuh Mayjen Mohammad Ali Al-Maqdeshi digantikan oleh Mayjen Mohammad Yahya AL-Hawi, demikian laporan KUNA, Sabtu.

Berdasarkan keputusan presiden, pemimpin beberapa brigade juga dirombak termasuk komandan Brigade Mekanik ke-26, Brigade Mekanik ke-62, dan Brigade Kendaraan Lapis Baja ke-37.

Perombakan ini merupakan bagian dari proses restrukturisasi militer, yang dipaparkan dalam prakarsa Dewan Kerja sama Teluk, dan dipaksa oleh aktivitas pertumbuhan gerilyawan di provinsi-provinsi utara.

Beberapa hari sebelumnya, dalam pertemuan di Riyadh, Sekjen Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), Abdullatif bin Rashid Al-Zayani, mengutuk agresi kelompok Houthi terhadap Provinsi Imran di utara ibu kota Yaman dan kegagalan mereka untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata sebelumnya.

Al-Zayani menegaskan dalam satu pernyataan setelah melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Yaman Abed Raboo Mansour Hadi, bahwa agresi Houthi mencerminkan penyimpangan drastis dari hasil Konferensi Dialog Nasional.

Dia meminta kelompok Houthi untuk mematuhi sepenuhnya persetujuan Yaman hasil dari Konferensi Dialog Nasional dan mengatasi semua tantangan untuk memastikan keamanan, stabilitas serta integritas Yaman.

Sekretaris Jenderal GCC juga menekankan perlunya kelompok Houthi kembali ke Provinsi Saada, Yaman, 'kubu utama' mereka dan untuk menghindari tantangan serta arogansi, sebagai tindakan yang tidak dapat diterima dan dikecam oleh Yaman serta komunitas internasional.

Gerilyawan Syiah Yaman itu sebelumnya menyerbu pos militer dan merebut kekuasaan atas ibu kota Provinsi Imran, Selasa malam, setelah berpekan-pekan pertempuran sengit melawan militer, kata seorang pejabat pemerintah kepada Xinhua.

Gerilyawan Houthi merebut kekuasaan atas markas satuan polisi militer dan pasukan khusus Selasa sore tanpa perlawanan di Provinsi Imran di bagian utara negeri tersebut, kata pejabat yang tak ingin disebutkan jatidirinya itu.

(Uu.H-AK)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014