Washington (ANTARA News) - Sampel udara yang dikumpulkan sebuah pesawat militer AS setelah Korea Utara mengumumkan melakukan pengujian nuklir menunjukkan "tidak ada bukti sampah nuklir", kata seorang pejabat pertahanan Amerika, Jumat. Menurut pejabat itu, sampel tersebut dikumpulkan oleh pesawat WC-135 pada 10 Oktober, sehari setelah pengujian nuklir yang diumumkan Korea Utara itu. "Dalam 24 jam terakhir ini, analisa awal diketahui dan tidak ada bukti mengenai sampah nuklir," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu kepada AFP. Analisa akhir akan diketahui pada Jumat malam atau Sabtu namun diperkirakan tidak akan jauh berbeda dari hasil awal tersebut, katanya. "Berdasarkan atas analisa itu, kami tidak bisa membuktikan bahwa itu ledakan nuklir, dan kami tidak bisa mengatakan bahwa itu bukan ledakan nuklir," kata pejabat itu. Seismograf mendeteksi ledakan di Korea Utara yang diperkirakan setara dengan 200 ton TNT, jumlah yang sangat rendah bagi ledakan nuklir yang pertama. Menurut catatan, ledakan nuklir berkisar antara empat dan 12 kiloton. Korea Utara dikabarkan telah memberi isyarat kepada China bahwa mereka melakukan pengujian senjata nuklir empat kiloton. Mereka menyatakan, pengujian itu dilakukan di bawah tanah dalam kondisi yang sangat aman. Sejumlah pejabat intelijen AS mengatakan, penjelasan yang memungkinkan bagi jumlah sekecil itu adalah bahwa ledakan Korea Utara itu mungkin berasal dari pengujian nuklir yang tidak berjalan sesuai dengan rencana. Namun, para pejabat juga membuka kemungkinan bahwa pengujian bawah tanah mungkin telah membungkam guncangan seismik sehingga bacaan ledakan itu menyimpang. Karena alasan itu, sampel udara dipertimbangkan sebagai bahan bukti penting untuk menguatkan klaim Korea Utara mengenai pengujian nuklir yang berhasil. "Apakah itu TNT atau bom nuklir yang meledak, kami tidak tahu dari data seismik. Karena itulah sampel udara sangat penting," kata pejabat itu. Pejabat pertahanan itu menambahkan, pengambilan sampel udara paling efektif dilakukan hingga 20 jam setelah pengujian untuk memberi waktu partikel-partikel nuklir menyebar ke atmosfir.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006