Mataram (ANTARA News) - Keinginan Departemen Pertanian (Deptan) untuk menerapkan Bea Masuk (BM) impor buah serta sejumlah komoditas hortikultura lain sebesar 25 persen, merupakan "angin segar" bagi petani buah di tanah air. "Usulan pihak Departemen Pertanian tersebut merupakan langkah yang tepat dan harus disambut positif terutama oleh kalangan petani buah di Indonesia," kata Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Mataram, Nusa Tenggara Barat, Ir. I Dewa Gde Suarta kepada ANTARA di Mataram, Kamis. Departemen Pertanian, katanya, ingin menerapkan bea masuk impor buah dan komoditas holtikultura lain sebesar 25 persen dengan tujuan membendung masuknya produk serupa dari negara lain terutama pada saat hari besar keagamaan nasional. Menurut dia, dengan mengenakan BM impor sebesar 25 persen diharapkan jumlah komoditas impor buah yang masuk ke Indonesia bisa ditekan, dengan demikian buah-buahan produksi petani lokal akan mendapat tempat atau diminat kosumen di pasaran. "Kita tahu bahwa buah-buahan impor seperti apel merah dari Australia dan Selandia Baru, jeruk Mandarin dan anggur merah serta sejumlah buah-buahan impor lainnya selama ini membanjiri pasar Indonesia, sehingga buah-buahan lokal kalah bersaing di pasaran," ujarnya. Hal tersebut tidak mengherankan, karena selain secara kualitas buah-buahan impor relatif lebih baik dari buah-buahan lokal, juga secara kontinuitas bisa memenuhi kebutuhan pasar. Oleh karena itu, kata sarjana pertanian jebolan Universitas Udayana, Denpasar, untuk bisa bersaing dengan buah-buahan impor, para petani buah Indonesia harus memperhatikan masalah kualitas dan kontinuitas dimaksud. "Kalau secara kualitas dan kontinuitas bisa dipenuhi, saya yakin buah-buahan produksi petani kita selain bisa kompetitif dengan buah-buahan impor, juga akan mendapat tempat di hati para konsumen dalam negeri," katanya. Sebelumnya Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian, Achmad Dimyati mengatakan, beberapa jenis buah yang dikenakan BM impor sebesar 25 persen diantaranya jeruk Pakistan, jeruk Mandarin, jeruk Kino, apel Jepang, Korea, Selandia Baru dan Perancis. Selain itu, ada pula komoditi bawang merah asal Filipina dan cabe merah dari India dan China yang di pasar dalam negeri permintaannya cukup tinggi.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006