Jakarta (ANTARA News) - Hari Raya Idul Fitri 1427 H sebagai hari kemenangan bagi umat Islam di seluruh dunia tinggal beberapa hari lagi. Tapi, gemuruhnya telah mulai. Dari kepadatan di pasar, terminal, dan jalan raya, hingga pembagian rejeki yang ditanggapi berbeda oleh para pihak yang terlibat dalam arus mudik. Stasiun kereta, terminal bis, pelabuhan, dan bandara tiba-tiba menjadi tempat perhatian semua orang. Dari mulai pasar tradisional hingga pusat perbelanjaan sesak oleh calon pemudik yang hendak membeli oleh-oleh untuk sanak saudara di kampung halaman. Persiapan dilakukan oleh semua pihak untuk melancarkan momen hari Lebaran tersebut. Menteri Perhubungan, Hattarajasa melalui Keputusan Menteri No 53/2006 mencoba membuat pemudik khususnya penumpang bis ekonomi merasa nyaman dengan mengeluarkan tarif batas atas (TBA) dan tarif batas bawah (TBB). Dia sempat mengatakan akan menindak tegas PO yang melanggar TBA tersebut. Namun, pada kenyataannya Kepmen tersebut tidak membuat PO merasa takut memberi tarif melebihi TBA. Justru banyak PO yang mengeluh sedikitnya penumpang yang mengakibatkan hingga H-7 bis tidak ada yang bergerak karena tidak ada penumpang. "Kami lewati TBA tapi percuma karena memang tidak ada yang naik. Semua beralih ke pesawat dan motor," keluh Andi, salah seorang karyawan PO di terminal Lebak Bulus, Jakarta, beberapa waktu lalu. Dia menyayangkan sikap pemerintah yang memberi ijin industri otomotif yang memproduksi masal sepeda motor, sampai akhirnya hal tersebut mempengaruhi penghasilan PO sejak dua tahun lalu. "Kalau caranya seperti ini, lama kelamaan kami gulung tikar," ujar dia. Lain halnya dengan maskapai penerbangan yang tahun ini sedang naik daun karena menjadi pilihan banyak pemudik. Perang harga murah sangat terasa sejak tahun lalu. Namun demikian, penerbangan tetap mengambil moment ini dengan menjual tiket pesawat dengan harga sub kelas yang mahal. "Saya rasa semua maskapai melakukan hal yang sama. Kami hanya mengikuti keadaan pasar," kata Kepala Komunikasi Eksternal PT Garuda Indonesia, Singgih Handoyo, beberapa waktu lalu. Dia juga mengatakan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, Garuda telah mengganti pesawat di beberapa rute penerbangan dengan pesawat yang berukuran lebih besar. Di stasiun kereta api, "penyakit" lama ternyata belum sembuh juga. Masalah calo masih merajalela hingga kepala stasiun sendiri mengaku sulit memerangi calo. "Seharusnya ada undang-undang khusus tentang calo yang isinya menghukum para calo bila tertangkap supaya tidak sia-sia. Kami pernah menangkap calo tiga hari kemudian sudah dibebaskan dan kembali lagi ke stasiun," kata Kepala Stasiun Gambir, Dwiyana Slamet Riyadi. Dia mengaku telah menambah petugas keaman untuk antisipasi membludaknya penumpang maupun calo di stasiun Gambir. 40 orang keamanan intern stasiun Gambir dan 30 orang ekstern dari pihak kepolisian dan klub beladiri Tarung Drajat. PT Pelni turut mempersiapkan armadanya untuk kelancaran arus mudik tahun ini. Menurut Kepala Humas PT Pelni, Edi Heryadi, total tempat duduk yang disediakan pada Lebaran kali ini 43.449 kursi. "Kami sama sekali tidak menaikkan harga tiket kapal laut untuk semua kelas. Tarif dihitung Rp315 per mil," katanya. Lain lagi dengan para anggora dewan dan anggota partai. Berbagai posko didirikan di stasiun, terminal, pelabuhan, dan bandara untuk menampung keluhan langsung dari masyarakat. Ketua Komisi V DPR RI, Ahmad Muqowam mengatakan, keselamatan pemudik selalu harus diutamakan saat ditanya perlukah penerbangan dioperasikan 24 jam untuk Lebaran kali ini. "Jangan memaksakan diri. Banyak operator dan bandara yang tidak siap untuk beroperasi 24 jam," ujar dia. Rejeki Lebaran Menjelang hari Lebaran, pasar, mall, bengkel, pegadaian ramai diserbu oleh masyarakat. Di pasar Mester Jatinegara, memasuki H-9 penjualan kue kering dan makanan kaleng mulai meningkat. Setiap hari ibu-ibu menyerbu toko-toko yang menjual kue kering. Lia (28), ibu muda yang bertempat tinggal di Cipinang mengatakan, lebih senang membeli kue kering daripada harus membuat sendiri. "Setiap tahun saya pasti membeli kue kering. Lebih praktis," ujar dia. Raja, salah satu montir sepeda motor di jalan Otto Iskandardinata mengatakan, mendekati lebaran penghasilannya naik dari Rp120 ribu menjadi Rp400 ribu perhari. Namun, hal berbeda dihadapi para montir dan penjual onderdil mobil di Asem Reges, Jakarta Pusat. Hingga dua minggu sebelum Lebaran keadaan Asem Reges masih sepi. Mereka mengeluh semakin sedikit masyarakat yang memperbaiki mobil di sana, bahkan saat mendekati Lebaran. "Semua beralih ke sepeda motor yang harga onderdilnya murah. Setiap saat ada saja toko onderdil di sini yang gulung tikar," kata M Soleh, montir mobil di Asem Reges. Pengurus Umum Harian YLKI, Indah Sukmaningsih mengatakan, pemerintah Indonesia seharusnya bangga kepada rakyatnya yang "nerimo", tidak banyak maunya. "Rakyat mengetahui bagaimana cara harus bertahan pada keadaan yang serba susah dengan kreatif menciptakan moda baru untuk bisa mudik dengan harga murah," ujar dia. Dia mengatakan mudik dengan menggunakan sepeda motor saat ini menjadi pilihan masyarakat yang pada tahun sebelumnya kecewa karena tidak terangkut pada saat Lebaran. "Bagi mereka sedikit lelah menggunakan sepeda motor tidak masalah yang penting mereka tidak terlantar dan dapat berkumpul dengan keluarga," tambah dia.(*)

Oleh Oleh Virna Puspa Setyorini<
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006