... Cintailah Tanah Air mu, apapun keadaannya, apapun nasib rakyatnya, dan apapun yang dialami bangsa ini..."
Jakarta (ANTARA News) - "Cintailah Tanah Airmu, apapun keadaannya, apapun nasib rakyatnya, dan apapun yang dialami bangsa ini. Tapi pertama-tama cintai dulu benderamu," demikian pesan Bung Tomo kepada putranya, Bambang Sulistomo.

Bagi tokoh pernah membakar semangat arek-arek Surabaya untuk memukul mundur tentara Inggris dan Belanda dari Kota Pahlawan pada 10 November 1945 itu, mencintai bendera Merah Putih, tidak cukup hanya dengan memasangnya di pekarangan rumah saban perayaan Hari Kemerdekaan.

"Bendera Merah Putih itu bisa dikibarkan di negeri ini karena tetesan air mata, darah, dan nyawa para pejuang. Makna itu yang ditanamkan Bapak," ujar Bambang kepada ANTARA di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu petang (16/8).

Bambang lantas menceritakan kejadian semasa dia kecil, ketika tanpa sengaja dia membakar bendera Merah Putih di atas kompor minyak tanah yang menyala.

Kala itu dia bermain-main dengan bendera Merah Putih berukuran kecil yang diikat pada sebatang lidi dan dikibarkan ke sana kemari. Bendera kemudian jatuh, masuk ke got, sehingga Bambang berusaha mengeringkannya di atas kompor minyak yang sedang menyala. Tapi bendera itu malah jadi terbakar.

"Waktu itu Bapak marah, marah sekali sama saya," kenang dia tentang ayahnya, Sutomo, atau Bung Tomo, pahlawan nasional asal Surabaya.

Bambang mengatakan bahwa penghormatan terhadap Merah Putih seharusnya tidak hanya dilakukan dengan memasangnya setiap peringatan Hari Kemerdekaan.

Ia kemudian menyebut cara Amerika Serikat menghargai bendera nasionalnya sebagai contoh. Bendera nasional negara itu selalu muncul dalam film-film buatan mereka, sekalipun hanya sekilas saja.

"Di film-film Indonesia, mana ada begitu," kata dia.

Selain mengajarkan anaknya mencintai Merah Putih, Bung Tomo juga menggembleng anak-anaknya agar memaknai kemerdekaan dengan mencintai lagu kebangsaan Indonesia Raya, Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, serta menghormati para pejuang.

"Makanya waktu saya kecil, bapak mengajarkan kalau lihat pahlawan harus pasang sikap sempurna lalu hormat, sekali pun di dalam mobil," kata dia.


Pesan Bagi Pemuda

Selaku Ketua Bidang Nilai-Nilai Kepahlawanan Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia, Bambang menilai kebanyakan generasi muda sekarang belum memahami nilai hakiki dari perjuangan para pahlawan, yakni nilai-nilai ketulusan, kejujuran dan keberanian.
 
"Sekarang itu praktiknya jual beli hukum, korupsi, itu kan bertentangan dengan nilai-nilai kepahlawanan yang tulus, jujur dan berani," katanya.

Bambang berharap generasi muda saat ini dapat mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dengan mengangkat harkat dan martabat bangsa agar setara dengan negara lain, dan dengan menegakkan keadilan.

Sebab, menurut dia, kekuasaan tanpa keadilan adalah kekuasaan yang cenderung korup.

Ia juga berharap, anak-anak muda aktif mengawasi setiap kebijakan eksekutif, yudikatif maupun legislatif.

"Untuk menegakkan keadilan dan mengawasi kebijakan, anak muda tidak harus mendirikan partai politik. Semua bisa dilakukan dengan kekuatan moral, layaknya apa yang terjadi pada tahun 1965, dan 1998 di mana kekuatan moral anak muda bisa menumbangkan rezim," jelas dia.

Oleh Rangga Pandu A Jingga
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014