Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyesalkan masih adanya sejumlah pihak yang bersikap berlebihan menyikapi perbedaan pelaksanaan Idul Fitri 1427 Hijriyah, terutama di kalangan bawah pemerintahan. "Saya mendapat informasi ada Bupati yang melarang penggunaan alun-alun untuk shalat Ied pada Senin (23/10) ini, dengan alasan harus ikut Idul Ftri yang ditetapkan oleh pemerintah," kata Din Syamsuddin usai menyampaikan ceramah Shalat Ied di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan, Senin. Selain kasus tersebut, masih menurut Din, pihaknya juga menerima laporan adanya sejumlah Khatib (penceramah-red)yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) mendapat larangan untuk berceramah pada shalat Ied yang dilangsungkan pada Senin, lagi-lagi dengan alasan harus taat pada Idul Fitri yang ditetapkan pemerintah. "Oleh karena itu, saya berpendapat sebaiknya kapan-kapan pemerintah tidak perlu ikut campur. Jangan mengurusi masalah seperti itu, sebab nantinya akan ada sikap-sikap 'over acting' di tingkat bawah," tegasnya. Meski demikian, Din mengimbau pada semua pihak untuk tidak memperuncing perbedaan dan justru harus mencari persamaan, serta sebaiknya dikaitkan dengan masalah Khilafiyah. "Perbedaan ini tidak perlu diperbesarkan, apalagi dipertentangkan, karena sama-sama memiliki alasan. Yang menentukan Idul Fitri hari ini karena yakin kemarin setelah terjadi konjungsi Matahari, Bulan dan Bumi, maka waktu matahari terbenam itu siang hari jam 12.15, sehingga sore harinya ketika Matahari terbenam, hilal sudah bertengger di atas ufuk," ujarnya. Ia menambahkan, di Jawa Timur tepatnya di Madura, ada yang melihat hilal, sehingga sekarang (Senin) umat Islam di Jawa Timur merayakan Idul Fitri. "Termasuk saya dengar NU se-jawa timur juga telah marayakan Idul Fitri pada Senin ini," katanya. Din memaparkan dengan mengacu pada fatwa ulama OKI sedunia yang juga perlu jadi rujukan, kalau ada sekelompok orang melihat hilal di satu tempat, maka semua negara di dunia itu harus mengikuti mereka. "Jadi kalau kita tarik dari kemarin sore hingga tadi subuh di Indonesia, di bagian barat indonesia seperti Arab Saudi, Mesir, Maroko sampai Eropa banyak yang melihat hilal, sedangkan indonesia belum pagi masih mengalami malam, maka sebenarnya kita bisa ikuti itu. Sekali lagi jangan saling menyalahkan, mari saling bertoleransi kita hormati yang ber-Idul Fitri, setelah itu kita rayakan Idul Fitri dengan mengembangkan silaturahmi," tambahnya. Suasana Shalat Ied Jemaah yang melaksanakan Shalat Ied di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan, sudah mulai memadati lapangan sejam pukul 06.15 WIB. Selain menggunakan kendaraan roda empat, banyak pula jemaah yang datang membawa kendaraan bermotor. Pelaksanaan shalat dimulai pada pukul 07.00 WIB yang kemudian dilanjutkan dengan ceramah oleh Din Syamsuddin. P elaksanaan shalat Ied di lokasi tersebut berakhir pada pukul 07.45 WIB, jemaah yang hadir diperkirakan mencapai 1.000 hingga 2.000 orang lebih. Aparat keamanan dari Polri tampak berjaga, selain menjaga keamanan lokasi tersebut, juga mengatur lalu lintas guna menghindari kemacetan. Dalam ceramahnya, Din menyampaikan mengenai pentingnya kebangkitan pendidikan dan ekonomi umat agar mendorong umat Islam terlepas dari kesulitan yang kini tengah dihadapi. "Saya tadi ingin menyadarkan jemaah, khususnya umat Islam, karena kita masih menghadapi kesenjangan antara idealitas Islam dengan realitas, maka harus ada upaya penyelesaian, melalui dua jalur utama yaitu pendidikan dan ekonomi, keduanya strategis, dulu menjadi kekuatan umat Islam namun saat ini terpuruk," tegasnya. Selain di Blok S, shalat Ied juga dilakukan di Lapangan Masjid Al-Azhar, Jakarta Timur, dan 67 lokasi lainnya di Jakarta dan Bekasi. Tampak hadir dalam shalat Ied di Blok S adalah Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari. (*)

Copyright © ANTARA 2006