Surabaya (ANTARA News) - Sesepuh Nahdlatul Ulama (NU) KH Yusuf Hasyim (Pak Ud) menganggap Ketua PWNU Jatim, Dr KH Ali Maschan Moesa MSi, telah melanggar tatakrama NU dalam hal penetapan Lebaran (Idul Fitri 1427 H) pada Senin (23/10) yang lalu. "Selain melanggar tatakrama, Ali Maschan sebagai oknum di PWNU Jatim juga telah merusak tradisi dan tatanan di lingkungan NU yang selama ini telah berjalan dengan baik," katanya ketika menghubungi ANTARA di Surabaya, Kamis. Sebagaimana diketahui, PWNU Jatim telah mengambil sikap berbeda dengan PBNU dan pemerintah dalam melaksanakan shalat Idul Fitri 1427 H pada Senin (23/10), sedangkan hasil isbat pemerintah menetapkan Lebaran jatuh pada Selasa, 24 Oktober 2006. Ikhbar (informasi) itu disampaikan pada Senin malam, 22 Oktober setelah PWNU Jatim menerima laporan bahwa hilal terlihat di Pantai Gebang, Bangkalan, Madura. Tim rukyat di Bangkalan itu adalah KH Djaelani, H Achmad Ikhsan, H Abd Azis, Satur Hadi, Zakaria, dan Nasir yang disumpah Pengadilan Agama (PA). Menurut Pak Ud yang adalah paman dari Gus Dur ini, akibat pengumuman PWNU itu, Lebaran tahun ini menjadi kacau. Banyak masyarakat NU di kalangan bawah yang kebingungan dengan adanya pengumuman dari PWNU itu. "Sebetulnya beda pendapat itu biasa dalam menentukan Lebaran, tapi mestinya yang melakukan ikhbar kepada warga itu bukan PWNU, tapi PBNU. Wilayah tidak bisa memutusi sendiri, melainkan hanya memberi laporan ke PBNU," ujar anak pendiri NU, KH Hasyim Asy`ari itu. Karena itu, ia akan segera mengirim surat ke PBNU agar memberikan teguran keras kepada Ali Maschan Moesa mengenai tindakannya yang telah bersebarangan dengan PBNU itu. "Sikap seperti oknum PWNU Jatim ini perlu ditertibkan. Sebab kalau tidak, maka tahun depan akan ada lagi wilayah-wilayah yang melakukan hal serupa dengan PWNU Jatim," tutur mantan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang itu. Ia mengemukakan mengenai hasil rukyat di Bangkalan harus dipertanyakan, karena hilal (bulan) yang dilaporkan tidak memenuhi syarat dan laporan bahwa di Cakung, Jakarta juga melihat bulan setelah dicek oleh PBNU maupun MUI Pusat ternyata tidak benar. Sementara itu, meskipun PWNU telah mengeluarkan pengumuman Idul Fitri 1427 H jatuh pada 23 Oktober, Pesantren Tebuireng, melaksanakan shalat Ied pada Selasa (24/10) pagi. "Hampir semua Ponpes di Jombang sudah melaksanakan shalat Id Senin (23/10). Hanya pondok sini saja (Tebuireng), shalat Id sekarang (24/10), karena mendapatkan telepon dari Menag," kata koordinator pengurus Ponpes Tebuireng, Abdul Wahid. Setelah mengumumkan hasil Sidang Isbat di Jakarta, Minggu (22/10) malam bahwa 1 Syawal 1427 H jatuh pada Selasa (24/10), Menag langsung telepon pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah. "Gus Sholah kemudian memerintahkan kepada jajaran pengurus pondok untuk melaksanakan shalat Idul Fitri pada Selasa," ujar Wahid menambahkan. (*)

Copyright © ANTARA 2006