Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi kwartal ketiga dan keempat meningkat dibanding dua kwartal sebelumnya karena membaiknya kegiatan ekonomi masyarakat. "Semuanya menunjukkan bahwa tren kwartal tiga ada konfirmasi indikator pick up atau meningkat cukup konsisten. Kita harapkan pada kwartal tiga nanti pertumbuhan ekonomi akan menunjukkan penguatan konsisten. Kalau kwartal dua 5,2 persen, kwartal tiga kita harapkan lebih tinggi dari itu ada di sekitar bahkan lebih dari 5,5 persen," kata Menkeu usai rapat terbatas di kantor presiden Jakarta, Kamis. Membaiknya indikator ekonomi mulai kwartal ketiga ini, lanjut Menkeu merupakan perbaikan momentum pertumbuhan atau pemulihan ekonomi sehingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat tersebut meminta agar menteri-menteri yang terlibat harus memelihara momentum ini untuk bisa menciptakan kepercayaan sekaligus mengupayakan transformasinya pada kegiatan investasi nyata yang bisa dilakukan investor dalam negeri dan luar negeri. Untuk kebijakan menyangkut pemeliharaan momentum ini, Presiden kata Menkeu menugaskan dirinya dan Menko Perekonomian untuk mengkaji kemungkinan diperlukannya insentif-insentif tambahan untuk bisa memperkuat tren investasi maupun momentum pertumbuhan ekonomi. "Kami berdua akan melihat kemungkinan itu. Kita akan lihat berbagai sektor yang dianggap mungkin kritikal dan krusial untuk mendapatkan insentif. Itu akan kita pelajari lebih lanjut, ada beberapa sektor yang mengalami kesulitan baik dari sisi produksi dan karena adanya kompetisi dari negara lain terutama Cina dan masalah penyelundupan," katanya. Namun, meski pertumbuhan ekonomi mulai membaik namun secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 diperkirakan hanya sekitar 5,6 persen atau di bawah target APBN perubahan 2006 5,8 persen. "Kalau kwartal tiga kita harapkan bisa di atas 5,5 persen, kwartal akhir moga-moga bisa mencapai sekitar 6 persen. Tetapi rata-rata keseluruhan selama 2006 mungkin masih disekitar 5,6 persen atau lebih sedikit," kata Menkeu. Mengenai peningkatan pertumbuhan pada kwartal tiga ini, dijelaskan Menkeu bisa dilihat antara lain dari penerimaan PPN transaksi ekonomi masyarakat transaksi luar negeri yaitu PPN barang masuk dan barang keluar. Selain itu, juga terlihat dari tambahan kegiatan berbagai sektor produksi, seperti dari konsumsi semen, listrik dan berbagai kegiatan produksi seperti barang impor untuk barang modal maupun barang-barang impor logam dan kimia. APBN Perubahan Mengenai angka realisasi APBN perubahan 2006 sampai 13 Oktober, Menkeu mengatakan defisit baru mencapai Rp6,3 triliun dari target sekitar Rp42,4 triliun. Sementara penerimaan negara sudah mencapai 74,2 persen dari total APBN Perubahan, belanja negara sebesar 66,3 persen, belanja barang sebanyak 48,45 persen, dan belanja modal 47,74 persen. "Posisi APBN pada minggu ketiga oktober adalah defisit Rp6,3 triliun atau mendekati target, dengan pembiayaan sudah Rp25,2 triliun," katanya. Ditanya mengenai pengaruh penurunan harga minyak internasional terhadap APBN perubahan 2006, Menkeu mengatakan pihaknya masih melakukan penghitungan dengan hati-hati. "Pemerintah terus memantau harga minyak secara hati-hati. Exercise yang kita lakukan dengan harga 60 dolar AS per barel, 55 dolar AS per barel, dan 50 dolar AS per barel, kita lihat dari sisi penerimaan pajak, sumber daya alam maupun dari sisi belanja. Secara umum kalau harga minyak turun samai 55 - 50 dolar AS per barel, total subsidi turun sampai Rp25 triliun," katanya. Namun, menurutnya secara umum penurunan itu tidak terlalu mempengaruhi besaran defisit APBN P 2006, karena jumlahnya tidak terlalu besar dibanding defisit yang ditetapkan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006