Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di pasar Asia pada perdagangan Jumat dipicu ketegangan baru Rusia-Ukraina dan data positif ekonomi Amerika Serikat, kata para analis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 27 sen menjadi 94,82 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk Oktober naik 33 sen menjadi 102,79 dolar AS di perdagangan sore.

Ukraina dan Barat pada Kamis mengatakan bahwa tentara Rusia secara aktif terlibat mendukung separatis pro-Kremlin yang telah berperang melawan pemerintah Kiev sejak April.

NATO mengatakan sedikitnya 1.000 tentara Rusia berada di tanah Ukraina timur, tetapi Moskow bersikeras tidak ada tentaranya berada di negara tersebut.

Amerika Serikat memperingatkan pihaknya sedang mempertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia atas perkembangan terbaru.

Desmond Chua, analis pasar di CMC Markets di Singapura, mengatakan sanksi baru "kemungkinan kemudian memicu tindakan pembalasan lebih lanjut yang akan membebani blok euro".

Pertikaian intensif antara dua negara bertetangga itu, dipandang sebagai krisis Timur-Barat yang terburuk sejak akhir Perang Dingin, telah memicu kekhawatiran perang penuh.

Setiap perkembangan ini bisa menyebabkan harga energi melonjak, karena Rusia adalah produsen minyak nomor dua di dunia, dan Ukraina adalah saluran utama untuk ekspor gas Moskow ke Eropa.

Sementara data pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan meningkatkan harapan untuk permintaan yang lebih kuat di konsumen minyak terbesar dunia.

Departemen Perdagangan AS pada Kamis mengatakan perekonomian negara itu tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 4,2 persen di kuartal kedua, merevisi naik perkiraannya pada Juli untuk pertumbuhan 4,0 persen.

Chua mengatakan angka terbaru telah menempatkan ekonomi terbesar dunia itu "pada jalur untuk perkiraan pertumbuhan yang bisa memacu laju pengetatan (moneter) lebih cepat".

Federal Reserve AS sebelumnya telah memberi sinyal bahwa ia hanya akan menaikkan suku bunga pada akhir tahun depan, namun pengamat pasar mengatakan data ekonomi AS yang kuat bisa memperpendek jadwal bank sentral, demikian AFP melaporkan.

(SYS/A026/B008)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014