Keinginan Sugiono (23) bersama adik kandungnya, Krisbiantoro (20) serta beberapa remaja warga Dukuhwaru, Tegal, Jateng, untuk menikmati keindahan alam pegunungan dan mandi air hangat belerang di kawasan Pancuran Tiga Lokawisata Baturraden, pupus sudah. Baru satu jengkal kaki kakak beradik itu menapak jembatan gantung yang terbentang sekitar 30 meter menuju jalur Pancuran Tiga dan Pancuran Tujuh itu, kurang dari satu menit setelah bunyi "krek" di sekitar lokasi itu, tiba-tiba tubuh Sugiono dan puluhan wisatawan yang melintas di atas jembatan itu terpelanting jatuh ke bawah menimpa bongkahan batu kali yang mengonggok di bawah jembatan berketinggian 13 meter itu. Beruntung tangan Krisbiantoro berhasil berpegangan pada besi jembatan sisi barat, sehingga meskipun tidak sempat meraih tubuh kakaknya untuk ikut berpegangan, Krisbiantoro dapat terhindar dari maut. Krisbiantoro selamat tanpa mengalami cidera karena tubuhnya berhasil menggelantung pada sisi kanan jembatan. Sementara kakaknya ikut terjun bebas bersama puluhan korban lainnya. "Setelah tubuh saya melayang ke bawah jembatan, saya tidak ingat apa-apa lagi. Bahkan saya mengira kalau saat itu saya sudah meninggal karena terjun bebas dan terbentur batu besar di dasar kali," tutur Sugiono sambil berbaring lemah di Ruang Cempaka Rumah Sakit Margono Soekarjo, Purwokerto. Keinginan pemuda yang sehari-hari berjualan rokok di Jakarta bersama adik dan 58 temannya yang tergabung dalam perkumpulan remaja masjid itu, jauh-jauh hari sebelum Lebaran sudah berencana untuk mengisi liburan Idul Fitri 1427 Hijriyah dengan berekreasi ke Baturraden. "Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 08.00 WIB, sampai di Purwokerto kurang lebih pukul 09.00 WIB. Karena peminatnya banyak kami menyewa dua truk untuk mengantar sampai ke lokasi wisata," katanya. Selain ingin melepas penat setelah berbulan-bulan bekerja di ibukota, Sugiono dan rekan-rekannya yang sebagian besar bekerja di Jakarta itu sengaja memilih mendatangi Baturraden untuk menikmati suasana alam pegunungan yang terbentang di kawasan baturraden. Nasib serupa dialami Imam (20), warga Kadokan Bunder Indramayu, Jawa Barat yang saat kejadian berada di tengah-tengah jembatan gantung itu bersama beberapa temannya, termasuk Endang (16) dan Safitri (18) yang telah meninggal di lokasi kejadian. "Setelah beberapa kali membahas rencana kegiatan pada hari kedua Lebaran, akhirnya kami sepakat memilih lokawisata Baturraden sebagai tempat rekreasi bersama," tutur Imam. Imam berangkat bersama sekitar 50 teman sekampungnya menggunakan truk. Mereka berangkat dari rumah Rabu (25/10) sekitar pukul 06.00 WIB. Sesampainya di lokasi tujuan mereka langsung berhamburan ke sejumlah objek menarik, termasuk di jembatan gantung bercat merah yang membentang ke arah utara-selatan. Tak puas menikmati hamparan hutan di kawasan Baturraden dari bawah air mancur di depan pintu utama masuk lokasi. Rombongan remaja itu kemudian meniti tangga di sisi utara jembatan untuk menikmati panorama alam pegunungan dari atas jembatan gantung yang telah berusia sekitar 23 tahun itu. "Saat kami sedang melihat pemandangan bawah jembatan, tiba-tiba jembatan bergoyang-goyang dan kami terpelanting ke sungai. Setelah itu saya sudah tak ingat lagi. Tahu-tahu sudah berada di rumah sakit," tutur dia. Akibat insiden itu, rombongan remaja yang ingin menelusuri hamparan hutan cemara di kawasan Pancuran Tiga dan Pancuran Tujuh sirna sudah. Padahal tinggal beberapa langkah lagi mereka dapat melihat hijaunya hutan lereng Gunung Slamet dari kawasan Pancuran Tiga, namun musibah terlebih dulu menghampiri. Tidak Pamit Keluarga Sementara itu, Riskiantoro (10), warga Lempakuwus, Baturraden, Kabupaten Banyumas hingga saat ini masih harus menjalani perawatan intensif di RS Margono Soekarjo karena cidera pada dahi dan tangan kanannya cukup parah akibat terbentur batu kali di bawah jembatan gantung Baturraden. "Sampai sekarang kesadarannya belum pulih, sehingga kalau diajak bicara hanya bisa mengedipkan mata kemudian menangis," kata ayah Riskiantoro, Ristam (36). Menurut Ristam, tidak ada satu pun anggota keluarganya tahu bahwa salah satu korban insiden di jembatan gantung itu adalah anaknya. Sehingga kabar mengenai Riskiantoro menjadi korban Baturraden bersama beberapa teman bermainnya itu sontak membuat kaget seluruh keluarga. "Pagi-pagi setelah minta dibuatkan mie instan untuk sarapan, sekitar pukul 06.00 WIB dia langsung keluar rumah karena beberapa teman bermainnya sudah menunggu di depan rumah. Sebelum keluar rumah dia tidak bilang kalau hari itu akan pergi ke Baturraden," tutur Ristam . Bahkan mie goreng yang sedang disantapnya belum habis, namun teman-temannya keburu datang menghampiri. Sehingga bocah bertubuh kurus itu langsung berhambur keluar rumah menyambut ajakan teman-teman sekampungnya untuk berkunjung ke Baturraden. Selain Sugiono, Imam, dan Riskiantoro, beberapa korban yang masih menjalani perawatan di RS Margono Soekarjo, RS Elisabeth, dan RS Tentara Wijayakusuma antara lain, Heri Purwoko (24), penduduk Pasir Muncang Banyumas, Leni (20) Indramayu, Sumardi (35) warga Pekalongan, Warnata (24) Indramayu, Tio (14) Nurkolis (18) Indramayu, Reza (13) dan Nirtam (15) Limpakuwus Banyumas, serta Novianti (21) Purbalingga.(*)

Oleh Oleh Sumarni
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006