Denpasar, (ANTARA News) - Dinas Kehutanan Propinsi Bali secara berkesinambungan melakukan pembibitan berbagai jenis pepohonan untuk mendukung program Bali Hijau, yang dicanangkan Gubernur Bali, Drs Dewa Beratha. "Berbagai jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomis, tanaman langka maupun tanaman keperluan upacara ritual," kata Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Bali, Ir Made Sulendra di Denpasar, Selasa. Ia mengatakan, program Bali hijau tersebut secara tidak langsung mendukung gerakan rehabilitasi lahan (gerhan) terhadap lahan-lahan kritis di Bali yang jumlahnya mencapai 55.000 hektar. Gerhan, termasuk program Bali hijau dalam tahun 2006 diharapkan mencapai seluas 10.000 hektar, meningkat dari tahun sebelumnya seluas 667 hektar. Pengadaan berbagai jenis bibit tersebut mendapat dukungan dana dari APBN, APBD Bali maupun Pemkab/Pemkot seluruh Bali. Pengadaan bibit meliputi pohon mahoni, tanjung, beringin, sawo kecik, majeggau, aneka jenis tanaman langka dan jenis tanaman keperluan upacara keagamaan. Penanaman berbagai jenis pohon perindang dan peneduh dilakukan di sepanjang jalan di delapan Kabupaten dan satu kota di Bali dengan merangkul peranserta masyarakat setempat. Sedangkan tamanan yang dikembangkan pada tanah-tanah masyarakat umummnya mempunyai nilai ekonomis, namun pada sisi lain berfungsi untuk mencegah erosi di daerah aliran sungai seperti bambu. Sulendra menjelaskan, Bali sejak beberapa tahun terakhir melancarkan gerakan Bali hijau dengan penanaman sejuta pohon di sepanjang jalan menuju obyek wisata maupun jalan yang menghubungkan antara satu kabupaten dengan kota lainnya di Pulau Dewata. Gerakan Bali hijau yang "dikomandoi" Gubernur Bali, Drs Dewa Beratha melibatkan karyawan-karyawati dari berbagai instansi pemerintah tingkat Propinsi Bali maupun Pemkab. Penanaman dilakukan secara berkesinambungan, tanpa menunggu momentum atau hari-hari peringatan tertentu. Hal itu dilakukan untuk menambah kesejukan Bali sebagai daerah wisata. Jika sepanjang jalan pepohonannya rindang maka Bali akan bertambah sejuk, meskipun musim kemarau, ujar Sulendra.(*)

Copyright © ANTARA 2006