Makkah (ANTARA) - Sebagai petugas Media Center Haji (MCH), maka tugas utama wartawan adalah melakukan liputan atau mencari berita antara lain untuk menginfokan kegiatan dan penyelenggaraan haji kepada masyarakat Indonesia, pejabat maupun jamaah haji.

Namun demikian, sebagai satu kesatuan dengan petugas haji lainnya dan banyaknya jamaah haji yang meminta pertolongan seringkali wartawan juga melaksanakan tugas-tugas lainnya mulai dari "pembimbing haji", petugas "perlindungan haji", "tenaga kesehatan" hingga mengisi pulsa telepon.

"Saya izin, antar Regu dari Solo yang terpisah ke terminal Gazza," kata wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered, melalui grup pesan instan, saat ditanya dimana posisinya.

Ia pun mengantar jamaah yang terdiri dari 12 orang dan kehilangan rombongannya. "Rata-rata sudah berusia tua," katanya.

Rombongan tersebut lalu diantar hingga titik terdekat terminal bus Al Ghaza karena mereka sudah tahu jalan.

Lain lagi dengan pengalaman Wahyudi dari TV One, di tengah mengambil gambar kedatangaan jamaah haji Indonesia ke Masjidil Haram pada Rabu dini hari, ia juga mengarahkan jamaah agar mengambil jalan yang benar menuju Kabah.

Sementara itu Santi dari Elshinta, Fani dari TVRI dan Neni dari Republika tidak henti-hentinya meminta jamaah tidak lepas dari rombongan.

Saat berada di hotel, mereka juga mengingatkan agar mengingatkan jamaah jangan lupa gelang hotel atau kartu nama hotel agar jika tersesat bisa.

"Ibu-ibu jangan lepas dari rombongan ya," kata Fani layaknya petugas bimbingan haji sesaat sebelum jamaah melakukan tawaf.

Sedangkan Santi tidak kalah gesitnya dengan petugas kesehatan. Ia selalu meminta jamaah untuk menjaga kesehatan dengan banyak-banyak minum dan makan.

"Bapak harus banyak minum dan makan karena masih lama dan berat perjalanan," katanya kepada bapak yang lepas dari rombongannya dan belum bisa pulang ke penginapan dan belum makan.

Lain lagi yang dialami wartawan Antaranews yang dimintai pertolongan rombongan jamaah haji yang belum tahalul (menggunting rambut) padahal sudah melaksanakan proses Sai.

Seharusnya setelah melakukan Sai, mereka bisa langsung tahalul di Marwah (tujuan akhir Sai).

Karena tidak ada gunting maka mereka diarahkan kembali ke Marwah untuk meminta bantuan kepada jamaah Indonesia lainnya yang membawa gunting.

Pada suatu kesempatan bahkan seorang jamaah kebingungan untuk mengisi pulsa telepon lokal (Arab Saudi).

Dia mencoba untuk menanyakan kepada seorang pejaga rumah makan, namun tidak juga menolong karena tidak terjalin komunikasi yang jelas diantara keduanya.

Akhirnya setelah melihat Antaranews, ia pun meminta pertolongan dan alhamdulillah pengisian pulsa berhasil.

Petugas haji memang diminta untuk sebisa mungkin membantu jamaah walaupun bukan bidang tugasnya.

Apalagi jamaah Indonesia juga tidak mengetahui pembagian bidang petugas haji.

Mereka selalu menanyakan masalah apapun kepada petugas haji yang memang menggunakan pakaian dan tanda khusus.

Padahal petugas haji ada pembagiannya, misalnya pembimbing haji, kesehatan, keamanan, transportasi pemondokan dan media center.

"Tidak jarang mereka menanyakan masalah bimbingan haji kepada petugas perlindungan," kata Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram. Muhammad Hasan.

Tapi tentu hal itu tidak boleh ditolak dan seluruh petugas berupaya membantu sesuai kemampuan.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga telah meminta memberikan layanan optimal kepada jamaah haji.

Sementara itu salah seorang jamah haji dari embarkasi Medan, Abdul Waris Amin,  merasa puas dengan pelayanan petugas haji dan penyelengaraan haji tahun ini.

Abdul Waris yang telah tiga kali berhaji mengatakan saat ini petugas terlihat dimana-mana.

Selain itu ia juga memuji pelayanan hotel dan transportasi yang memudahkan jamaah menuju Masjidil Haram.

Semua itu dilakukan seluruh petugas haji terhadap tamu-tamu Allah agar dapat menjalankan ibadah dengan baik sehingga memperoleh haji yang mabrur.(*)

Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014