Jakarta (ANTARA News) - Mahtum Mastoem (57), Ketua Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat, yang tutup usia di Jakarta, Jumat, semasa hidupnya sempat menjadi kartunis di sebuah majalah, bahkan sejumlah karyanya terpasang di dinding rumahnya. Tokoh pers nasional, Goenawan Moehamad saat ditemui di rumah duka di Perumahan Taman Aries F. 11 Nomor 17, Meruya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, menceritakan bahwa Mahtum merupakan kader pekerja yang bagus dan berhasil. "Almarhum dulu kartunis di Majalah Jaya, kemudian setelah ada Tempo dia masuk di pemasaran. Ternyata, dia dengan cepat mengusai bidang, karena orangnya pintar sekali. Tingkat integritasnya sangat tinggi. Praktis dalam periklanan dan soko guru penghasilan Tempo adalah Mahtum," kata Goenawan. Mahtum, menurut pendiri dan pemilik Majalah Tempo Grup itu, merupakan orang soleh, namun tidak pernah memaksakan kesolehan pada orang lain. Bahkan, kesolehannya itu lah yang membuat Mahtum mendapat kepercayaan dalam segala hal, terutama keuangan. "Ada orang yang bekerja di keuangan kaya raya, tapi dia tidak. Keadaan rumahnya memadai sekarang ini baru saja," katanya. Penilaian Goenawan mengenai kejujuran Mahtum juga diakui oleh sejumlah kerabat almarhum. Menurut adik kandung Mahtum, Kasno (34), keluarga besarnya tidak mendapatkan firasat apa pun sebelum sang kakak meninggal dunia lantaran penyakit jantung yang dideritanya. Pihak keluarga sempat berharap Mahtum yang dirawat di rumah sakit segera sembuh, karena kondisi kesehatannya sempat membaik. "Sejak masuk rumah sakit Selasa (31/10), kondisinya sempat membaik. Namun, tadi malam sekitar pukul 02.30 WIB yang bersangkutan anfal, dan dokter mencoba memulihkan kerja jantungnya. Namun, ia sekitar pukul 04.30 WIB tidak bisa tertolong," katanya. Kasno menceritakan, selama sakit dan di saat dokter menyatakan dirinya anfal, ternyata Mahtum sedang menjalani puasa Syawal. Bahkan, Mahtum tetap menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1427 Hijriyah secara penuh, walau dokter mendiagnosanya sakit jantung. Mahtum Mastoem meninggalkan seorang istri, Nuryeti (52), bersama tiga anak kandung Novi Normarina, Dwi Nurmawan, Cica, dan satu anak angkat, Rendi, yang kini duduk di kelas dua Sekolah Dasar (SD). (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006