Bogor (ANTARA News) - Landasan helikopter atau lebih dikenal sebagai helipad didirikan di lapangan Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor (KRB). Menurut rencana, helipad itu akan digunakan sebagai landasan helikopter saat Presiden AS, George W Bush, mengadakan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Kepresidenan Bogor pertengahan Nopember ini. Puluhan pekerja, Minggu, tampak mulai membersihkan dan meratakan tanah dengan menggunakan alat berat. Lempengan besi sebagai bahan dasar untuk pembuatan helipad sudah mulai berdatangan di PKT-KRB yang berada di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu. Proyek pembuatan helipad menjadi pusat perhatian ratusan pengunjung KRB yang melintas di kawasan tersebut. Pembuatan helipad ini dilakukan setelah beberapa hari sebelumnya beberapa helikopter TNI Angkatan Udara (AU) melakukan uji coba pendaratan di lokasi itu. Beberapa pohon di lokasi helipad juga telah dibersihkan dengan cara memotong ranting-ranting yang telah lapuk agar tidak mengganggu pendaratan helikopter. Seorang kepala proyek pembangunan helipad yang tidak mau disebutkan namanya saat ditanya ANTARA menyatakan tidak bisa memberikan keterangan tentang pembangunan helipad itu dan meminta agar menanyakan langsung pada pihak istana. "Anda langsung tanya ke istana saja karena saya tidak bisa memberi komentar," katanya. Pihak KRB sendiri, meski terkesan sangat hati-hati berkaitan dengan hal-ikhwal yang terkait dengan rencana kedatangan Presiden Bush, membenarkan bahwa pembangunan fisik helipad di KRB telah dimulai, bahkan sejak dua hari terakhir. "Ya, memang pembangunan (helipad) telah dilaksanakan sejak dua hari lalu," kata Kabag TU PKT-KRB, Drs H Amas. Hanya saja, saat diminta penjelasan mengenai mengapa akhirnya KRB, yang sebenarnya merupakan pusat konservasi tumbuhan yang dijadikan tempat helipad, Amas menyatakan bahwa pihaknya hanyalah dalam posisi "melaksanakan tugas" bagi keperluan kedatangan kunjungan Presiden Bush itu. "Aduh, maafkan kali ini, untuk masalah (pembangunan helipad) ini, kami tidak bisa memberikan penjelasan lebih jauh, mohon bisa dipahami," katanya. Namun, sebuah sumber menyebutkan bahwa pilihan ditetapkannya pembangunan helipad di dalam PKT-KRB -- dan bukan di dalam Istana Kepresidenan Bogor sendiri -- alasannya adalah karena pertimbangan lokasi yang paling dekat dengan istana. "Sejauh yang saya ketahui, kalau di dalam Istana Kepresidenan Bogor, saat helikopter mendarat akan menimbulkan kebisingan rusa-rusa di dalamnya dan membuat stres satwa itu, dan akan membuat beterbangan dedaunan yang ada," kata sumber itu. Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya PKT-KRB LIPI, yang sebenarnya adalah kawasan konservasi tumbuhan itu akhirnya "dikorbankan" untuk pembangunan helipad itu bagi kunjungan Presiden AS itu. Hingga kini, jadwal pasti kedatangan Bush ke Indonesia belum ada penegasan waktunya, namun diprakirakan akan datang ke Indonesia dan bertemu Presiden Yudhoyono di Istana Bogor setelah pertemuan APEC di Vietnam pada 18-20 November 2006. Belum diketahui agenda apa saja yang akan dibahas oleh Presiden Bush dan Presiden Yudhoyono dalam rencana pertemuan mereka. Berbenah Sementara itu, pihak Istana Bogor sendiri terus berbenah, salah satunya dengan membuat jalan setapak dan perbaikan beberapa bagian gedung istana untuk dipakai pertemuan. Berkaitan dengan rencana kunjungan Presiden Bush itu untuk antisipasi pengamannya telah dilakukan Kodam III/Siliwangi, sejak bulan Oktober 2006. "Pengamaman yang dilakukan Kodam III Siliwangi dalam menghadapi perhelatan internasional tersebut sampai saat ini sudah sekitar 60 persen," kata Pangdam III/Siliwangi, Mayjen TNI George Toisutta, di Bogor, pekan lalu. Namun, ia tidak merinci apa saja yang sudah dilakukan dan apa saja yang sedang dipersiapkan. "Tugas TNI adalah pengamanan terhadap kepala negara. Karena pertemuan itu berskala internasional, sehingga mempertaruhkan nama bangsa di dunia internasional. Karena itu, dalam pengamanan kepala negara, TNI akan bekerja sungguh-sungguh. TNI tidak mau `gambling` soal harga diri bangsa," katanya. Rasa hormat Sementara itu, Ketua MPR-RI Hidayat Nurwahid, dalam satu kesempatan usai memberikan ceramah di Universitas Djuanda (Unida) Bogor, menyatakan bahwa rencana kedatangan Presiden George W Bush ke Indonesia diharapkan dapat mempererat pola hubungan internasional kedua belah pihak dan menghadirkan rasa hormat AS terhadap Indonesia sebagai negara yang berdaulat. "Indonesia bukan negara bagian dari Amerika Serikat, sehingga Amerika tidak bisa mendikte negara kita dengan cara apapun," katanya. Bahkan, menurut dia, sebagai negara berdaulat, Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara "Paman Sam", khususnya dalam cara pemberantasan terorisme, yang selalu diusung AS ke berbagai forum dan pertemuan. "Ketika Amerika belum dapat memberantas Usamah Bin Ladin, Indonesia telah menuntaskan kasus Azhari, buronan nomor satu di negeri ini," katanya. Namun demikian, menurut dia, AS harus menyadari bahwa konsep pemberantasan terorisme di Indonesia tetap berbasis pada penegakan hukum dan penghormatan terhadap hak azazi manusia. Hal itu terkait dengan pola pemberantasan terorisme di AS yang seenaknya dalam menghancurkan negara lain tanpa terbukti keterlibatannya dalam terorisme. "Contohnya kasus Irak, Amerika dengan mudah menghancurkannya tanpa pernah terbukti," katanya. Hidayat Nurwahid juga mengemukakan bahwa warga Indonesia harus tetap menghormati dan menyambut baik rencana kedatangan Bush, karena sebagai negara berdaulat dan merdeka, Indonesia tidak bisa menghindari kunjungan dari kepala negara lain terutama yang memiliki hubungan politik. Terkait dengan rencana kunjungan itu, telah santer informasi sejumlah elemen akan menolak kedatangan Bush ke Indonesia, termasuk pertemuan di Istana Bogor. Hari Sabtu (4/11), ribuan orang yang dikoordinasikan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah melakukan demonstrasi di depan Kedubes AS di Jakarta. Rencananya pada hari Minggu ini, para demonstran itu akan melakukan aksi yang sama dengan "long march" dari lapangan Sempur menuju Istana Bogor, namun hingga berita ini dilaporkan pukul 13:30 WIB, belum terlihat tanda-tanda akan berlangsung aksi demonstrasi, sementara cuaca di kawasan itu mulai mendung tebal. (*)

Copyright © ANTARA 2006