Denpasar (ANTARA News) - Penculikan terhadap wartawan Harian Umum (HU) Bali Post, Arie Lestari (26), yang dilakukan aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemkab Jembrana, diduga kuat berlatarbelakang masalah pemberitaan. "Kami duga aksi penculikan itu berlatarbelakang masalah pemberitaan yang ditulis wartawan kami menyangkut ketimpangan masalah pembangunan di Jembrana," kata Redaktur Pelaksana HU Bali Post Nyoman Wirata, yang dihubungi ANTARA lewat telepon dari Denpasar, Rabu. Wirata yang sengaja meluncur dari Denpasar ke Jembrana untuk mengetahui kejelasan kasus yang sedang dihadapi wanita asal Buleleng itu, menyebutkan, dugaan ke arah itu sangat kuat. "Masalahnya, sebelum Arie diculik, sempat terjadi perdebatan menyangkut pemberitaan antara Bupati Jembrana Gede Winasa dengan wartawan kami," ucapnya. Klimak dari "diskusi" antara Winasa dengan Arie itulah yang kemudian berbuntut aksi penculikan, kata Wirata dengan menambahkan, "Penculikannya sendiri dilakukan Satpol PP atas perintah bupati." Sehubungan dengan itu, Wirata meragukan kalau Arie diciduk petugas hanya lantaran tidak memiliki KIPEM sebagai seorang pendatang di wilayah Jembrana. Sementara petugas pada kantor Pemkab Jembrana menyebutkan, pihaknya sempat mengamankan Arie untuk dimintai keterangan terkait masalah KIPEM. Setelah dimintai keterangan di ruang Satpol PP, Arie kembali dibebaskan untuk keluar dari ruang pemeriksaan. Wirata sendiri membenarkan bahwa Arie kini telah keluar dari ruang pemeriksaan, namun hingga sore ini belum diperbolehkan meninggalkan lingkungan kantor Pemkab Jembrana. Arie ketika dihubungi lewat ponselnya, mengaku belum diperbolehkan meninggalkan kantor Pemkab sehubungan masih harus dilakukan pembinaan. "Seperti yang dikatakan Pak Eko Susilo dari Satpol PP, saya masih harus dibina pihaknya, sehingga belum diperbolehkan pulang," kata Arie. Jurnalis wanita yang lewat pemberitaannya membuat "gerah" Bupati Jembrana itu, mengaku sempat diintrogasi selama kurang lebih dua jam sebelum diizinkan keluar dari ruang pemeriksaan. Wirata menambahkan, "Meski Arie kini sudah berhasil saya temukan di kantor Pemkab Jembrana, namun cukup lama juga saya kehilangan kontak dengan dia. Mengingat itu, peristiwa ini betul-betul penculikan." Selama berada dalam kekuasaan para "penculik", Arie tidak hanya sempat diintrogasi menyangkut pemberitaan dan KIPEM sebagai "bumbunya", tetapi juga HP miliknya sempat dirampas. Peristiwa penculikan wartawan HU Bali Post tersebut berawal dari Arie yang siang itu sekitar pukul 11.00 Wita, mencoba mencegat Bupati Jembrana untuk konfirmasi masalah pemberitaan. Dicegat usai membuka Musda Persada di gedung KONI Jembrana, antara Winasa dan Arie malah sempat terlibat "perang mulut" menyangkut pemberitaan yang telah muncul di harian yang terbit di Denpasar itu. Buntut dari "ketegangan" antara Winasa dengan Arie itulah yang kemudian berujung dengan peristiwa pencidukan oleh aparat Satpol PP atas perintah Bupati Winasa.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006