Denpasar (ANTARA News) - Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu diharapkan dapat menyaksikan latihan penanggulangan bencana alam tsunami di kawasan wisata pantai Sanur, Bali. "Latihan secara nasional akan digelar 26 Desember mendatang, dengan melibatkan komponen masyarakat, instansi terkait dan wisatawan yang sedang berlibur di Bali," kata Asisten Deputi Urusan Analisis Kebutuhan Iptek pada Kantor Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Pariatmono, di Sanur, Kamis. Selesai membuka pelatihan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa dan tsunami yang melibatkan 85 peserta dari berbagai unsur di wilayah kota Denpasar, Pariatmono mengatakan Menristek Kusmayanto Kadiman sudah berkoordinasi dengan para menteri terkait. Oleh sebab itu, persiapan di lapangan perlu dilakukan secara matang dengan melibatkan semua pihak. Kesiapan latihan yang melibatkan masyarakat sekaligus cermin kesiapannya menghadapi bencana yang sulit diprediksi. "Bencana alam tsunami tidak perlu ditakuti dan dikhawatirkan, namun kesiapan kita untuk menghadapinya," ujar Pariatmono, seraya berharap Pemerintah Kota Denpasar yang bertindak sebagai tuan rumah sudah mempersiapkan diri dengan baik. Persiapan diawali dengan mengadakan pelatihan (training for trainer-TOT) yang melibatkan 85 orang dari unsur Pemkab, masyarakat dan LSM. Pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat dan semua pihak dalam menghadapi gejala alam, serta kesiapan melakukan antisipasi jika terjadi bencana gempa dan tsunami. Selain itu memantapkan keterpaduan langkah dan tindak bagi aparat, baik pemerintah pusat, propinsi maupun Pemkab/Pemkot dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, khususnya gempa dan tsunami, kata Pariatmono. Kelanjutan Sementara Deputi Menristek, Dr Idwan Sukardi, selesai mengadakan pertemuan Sistem Peringatan dini Tsunami kerjasama Indonesia-Jerman di Jimbaran mengatakan latihan penanggulangan bencana alam tsunami di Pantai Sanur merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa tahun lalu di Padang, Sumatera barat. Kegiatan yang digelar secara berkesinambungan untuk mengetahui kesiap-siagaan masyarakat menghadapi bencana. Kesiapan dapat dilakukan masing-masing dalam menyelamatkan diri dan jika itu dilakukan dengan baik akan dapat menghadapi bencana dengan selamat. "Bencana gempa bumi dan tsunami tidak bisa diramalkan, namun masyarakat dapat bersiap-siap untuk menghadapi segala risiko yang terjelek yang mungkin timbul," katanya. Idwan menjelaskan dipilihnya Bali sebagai tempat latihan dan pertemuan membahas kesiapan menghadapi dan menanggulangi bencana secara nasional, mengingat Bali memiliki potensi bencana alam itu. Hampir seluruh kawasan pantai di Indonesia barat, kawasan Indonesia timur, termasuk Bali, rawan terhadap bencana tsunami. Bencana alam tidak bisa diramal kapan terjadi, namun BMG mengetahui dan mencatatnya setelah terjadinya musibah. Untuk itu masyarakat agar tenang, waspada, namun telah mempersiapkan diri kemungkinan terjadinya musibah," harap Idwan Sukardi. (*)

Copyright © ANTARA 2006