Bogor (ANTARA News) - Ujicoba pendaratan di landasan helikopter (helipad) yang akan dipakai Presiden Amerika Serikat (AS), George W Bush, di Taman Teratai Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB) yang dikelola Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Minggu siang, berhasil dilakukan dan berjalan lancar. Namun, akibat hempasan angin dari baling-baling helikopter Super Puma seberat enam ton dari Pangkalan TNI-AU (Lanud) Atang Sendjaya (ATS) Bogor, tumbuhan Teratai yang ada di PKT-KRB itu terbalik dan hampir patah, demikian dilaporkan ANTARA dari lokasi uji-coba "helipad". Ratusan pengunjung KRB yang hari Minggu sedang berada di "paru-paru lingkungan" Kota Bogor itu, terlihat "menyemut" mengelilingi helipad saat uji-coba dan saling mendekat tanpa ada aparat keamanan yang berjaga. Ujicoba pendaratan di helipad dimulai sekitar pukul 13:00 WIB, dan melakukan tiga kali pendaratan dari berbagai arah. Di sela-sela mengoordinasikan ujicoba, Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud ATS, Kolonel (Pnb) Deri Pemba, menjelaskan bahwa helipad yang ada di KRB itu mampu didarati helikopter seberat sembilan ton. "(Helipad) ini (mampu didarati helikopter) berkekuatan sembilan ton," katanya dan menambahkan bahwa helikopter Super Puma yang diujicobakan pada helipad itu berbeda dengan helikopter yang akan dipakai oleh Presiden Bush yang akan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Kepresidenan Bogor 20 Nopember nanti. Presiden Bush sendiri dilaporkan akan diterbangkan dengan helikopter "Marine One" tipe Sikorsky VH-3D atau dikenal juga dengan "Black Hawk" setelah mendarat dengan pesawat "Air Force One" di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Ketika ditanya kesiapan landasan helipad tersebut, Deri mengatakan bahwa kondisinya sudah siap. "Sudah (siap) dong, kan sudah bisa 'landing'," katanya. Menjawab pertanyaan tentang terbangnya tumbuhan teratai di sekitar helipad, ia menjelaskan bahwa efek dari terpaan angin yang kuat pasti berpengaruh. "Nanti juga (tumbuhan teratai yang terbalik-red) akan kembali (menutup) lagi," katanya. Menuai kritik Ikhwal dipakainya KRB sebagai kawasan konservasi untuk helipad sempat mengundang kritik dari sejumlah kalangan, dan salah satunya adalah Fraksi PDIP di DPR. Meski menghargai kunjungan Bush ke Indonesia sebagai bagian dari politik luar negeri dan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia, namun soal helipad di KRB menjadi keberaratan PDIP yang kini memosisikan diri sebagai kekuatan oposisi terhadap pemerintahan Presiden Yudhoyono dan Jusuf Kalla itu. "Tetapi kita sayangkan terjadinya gangguan terhadap konservasi lingkungan di Kebun Raya Bogor," kata Wakil Ketua Fraksi PDIP DPR, Sony Keraf. Kerusakan yang dimaksud adalah pembangunan landasan helikopter (helipad) di kebun raya tersebut, karena penggunaan helikopter juga akan menganggu ketenangan habitat berbagai satwa dan burung di sana. "Kita sudah meminta agar pertemuan dilakukan di Istana Tapak Siring Bali, namun usul kami ditolak," katanya. Dari sisi konservasi alam, kunjungan ini juga potensial mengganggu tanaman langka karena kemungkinan akan terjadi penebangan atau pemangkasan pepohonan. "Terhadap pembangunan helipad itu, kami memrotes dan sebaiknya pendaratan (helikopter) di kebun raya dibatalkan," kata Sony Keraf, mantan Menteri Lingkungan Hidup era Presiden Abdurrahman Wahid itu. Sementara itu, dua landasan helikopter yang tengah dibangun di Taman Teratai, PKT-KRB LIPI untuk menyambut kedatangan Presiden Bush akan dibuat permanen, sehingga jika ada tamu negara lagi tidak perlu membangun helipad baru. Pernyataan itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman di Bogor, Jumat (10/11) saat didampingi oleh Kepala LIPI, Umar Anggara Jenie, melihat kesiapan dan standar pembangunan helipad. "Jadi kita ingin memberikan yang terbaik bagi tamu kita," kata Menristek. Sebelumnya diberitakan landasan helikopter hanya akan digunakan sementara, karena keberadaannya oleh beberapa kalangan dianggap merusak keindahan salah satu sudut padang rumput di KRB serta merusak teratai yang tumbuh di kolam dekat lokasi landasan. Pusaran angin yang ditimbulkan saat helikopter mendarat juga dikhawatirkan akan merusak beberapa koleksi pohon di sekitarnya, yang sebagian sudah tua. Sedangkan pihak KRB sendiri, saat diminta penjelasan mengenai mengapa akhirnya KRB, yang sebenarnya merupakan pusat konservasi tumbuhan yang dijadikan tempat helipad, menurut Kabag TU KRB, Amas, pihaknya hanyalah dalam posisi "melaksanakan tugas" bagi keperluan kedatangan kunjungan Presiden Bush. "Aduh, maafkan kali ini, untuk masalah (pembangunan helipad) ini, kami tidak bisa memberikan penjelasan lebih jauh, mohon bisa dipahami," katanya. Namun, sebuah sumber menyebutkan bahwa pilihan ditetapkannya pembangunan helipad di dalam PKT-KRB -- dan bukan di dalam Istana Kepresidenan Bogor sendiri -- alasannya adalah karena pertimbangan lokasi yang paling dekat dengan istana. "Sejauh yang saya ketahui, kalau di dalam Istana Kepresidenan Bogor, saat helikopter mendarat akan menimbulkan kebisingan rusa-rusa di dalamnya dan membuat stres satwa itu, dan akan membuat beterbangan dedaunan yang ada," kata sumber itu. (*)

Copyright © ANTARA 2006