Yogyakarta (ANTARA News) - Kalangan perajin dan pengusaha kecil di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menjadi korban gempa bumi kini semakin terpuruk, menyusul beralihnya pesanan dari pembeli dalam dan luar negeri ke daerah lain yang juga menjadi sentra produksi kerajinan kecil. "Pertimbangan para pembeli dalam dan luar negeri untuk mengalihkan pesanan ke daerah lain karena perajin DIY pascegempa bumi 27 Mei lalu dinilai tidak mampu lagi memenuhi pesanan baik secara kuantitas maupun ketepatan waktu," kata Direktur Asosiasi Perajin Kecil Republik Indonesia (Apikri), Amir Fanzuri, Senin. Akibatnya, kata dia, para perajin dan pengusaha kecil di daerah ini resah karena pembeli akan mengalihkan pesanannya ke daerah lain, apalagi beralihnya pesanan itu akan mempengaruhi tingkat pendapatan perajin. Ia mengatakan ancaman ini tidak hanya disampaikan para pembeli secara lisan, tetapi sudah menggunakan surat resmi yang dikirim langsung kepada para perajin. "Ini yang membuat para perajin di DIY khawatir, karena usaha mereka semakin terpuruk lagi," katanya. Para perajin kecil yang menjadi korban gempa sebenarnya tidak hanya membutuhkan bantuan modal kerja, tetapi yang penting justru bantuan menghubungkan dengan pembeli atau pesanan, pemasaran dan promosi. "Karena itu, pemerintah diharapkan lebih tanggap mencarikan pesanan atau mempromosikan perajin di DIY bahwa industri kecil di daerah ini masih sanggup memenuhi pesanan pembeli dari dalam dan luar negeri," katanya. Menciptakan citra seperti ini yang harus dilakukan oleh pemerintah, karena dengan kesan tersebut meski daerah ini pernah dilanda gempa, kelangsungan hidup perajin bisa tetap bertahan. "Pascagempa sebenarnya para perajin dan pengusaha kecil bisa lebih 'survive', meski diakui ada juga di antara mereka yang putus asa karena rumah yang menjadi pusat produksi hancur akibat gempa," katanya. Namun di antara yang 'survive' itu menyadari bahwa hanya alat produksi yang hancur, sedangkan semangat masih tinggi untuk memprodouksi. Mereka bahkan mampu melakukan diversifikasi produk sehingga kelangsungan hidup usahanya tetap terjaga. "Saya mengimbau pemerintah untuk tanggap terhadap situasi semacam ini dengan mencitrakan Yogyakarta tetap siap menerima pesanan dari pembeli dalam dan luar negeri," kata Amir. (*)

Copyright © ANTARA 2006