Semarang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ny. Hj. Ani Bambang Yudhonyono, dan rombongan akan melakukan sujud syukur saat meresmikan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), di Semarang, Selasa (14/11) pukul 20.00 WIB. "Sujud syukur Presiden akan dilakukan ketika melakukan peninjauan di MAJT," kata Kepala Badan Informasi, Komunikasi, dan Kehumasan (BIKK) Jawa Tengah, Saman Kadarisman, di Semarang, Senin. Nantinya, katanya, Presiden dan rombongan akan menyaksikan tayangan video peran strategis MAJT yang dilanjutkan dengan laporan Gubernur Jateng, H. Mardiyanto yang diikuti penyerahan secara simbolis kepada lima orang tokoh masyarakat yang membantu pembangunan MAJT. Usai acara itu, Menteri Agama, M. Maftuh Basyuni akan memberi sambutan yang dilanjutkan sambutan Presiden yang ditandai dengan penekanan tombol sirene dan penandatanganan prasasti. Ia mengatakan tempat peresmian berlangsung di plaza masjid. Untuk ketertiban pelaksanaan upacara dan acara kenegaraan tidak semua umat Islam yang ingin menyaksikan peresmian bisa tertampung di atas plaza. "Untuk ketertiban acara dan aturan tentang keprotokoleran tidak memungkinkan semua masyarakat tertampung di atas plaza. Untuk itu, di sekitar plaza, baik di tempat parkir dan di halaman disediakan layar monitor untuk kalangan masyarakat yang ingin menyaksikan peresmian," katanya. Prasasti yang akan ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peresmian tanggal 14 November 2006 berasal dari batu lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. "Batu dengan ketinggian hampir tiga meter yang diambil dari lereng Gunung Merapi dipahat Nyoman dari Muntilan sebagai batu prasasti yang nantinya akan ditandatangani Presiden sebagai tanda peresmian MAJT," katanya. Ia mengemukakan pada air mancur di gerbang masuk MAJT ada prasasti yang mengingatkan masjid ini dibangun sebagai sesuatu "tetenger" (tanda) akan kembalinya "bondo" (harta) Masjid Kauman Semarang yang raib selama 19 tahun. Prasasti itu tidak ada tanda tangan siapa-siapa, tetapi betul-betul sebagai "tetenger" masjid ini mempunyai nilai sejarah luar biasa yang dibangun dengan waktu begitu panjang, sedangkan di lorong tengah juga ada prasasti dari kaca yang ditandatangani Gubernur Jateng, H. Mardiyanto, katanya "Prasasti ini dibuat atas saran dari berbagai pihak sebagai wujud ucapan terima kasih kami selaku gubernur yang telah mendapatkan dukungan semua pihak dan lapisan masyarakat Jateng, sehingga MAJT bisa berdiri. Dengan demikian kita tidak disalahartikan secara protokoler kenegaraan, tetapi juga tidak menghilangkan jasa, pengabdian, sumbangan, pemikiran, dan kontribusi masyarakat Jateng," katanya. Kemungkinan orang akan bertanya-tanya, karena di depan sudah ada prasasti di tengah juga ada lagi dan masih ditambah "tetenger" di tengah air mancur. "Hal ini karena sejarahnya berbeda dengan pembangunan masjid biasa. Sangat luar biasa dan waktunya panjang, karena tahun 2001 sudah kita mulai dan selesai tahun 2006," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006