Jakarta (ANTARA News) - Teknologi Rusia Stratum Well Field (SWF) dan Micro Seismic Monitor (MSM) untuk mengetahui konfigurasi di bawah permukaan bumi menjadi tawaran menarik untuk mengatasi semburan Lumpur panas Sidoarjo. "Teknologi ini biasa kami gunakan untuk mengetahui dengan sangat detil kondisi di bawah permukaan bumi untuk mencari sumber-sumber migas," kata pakar geologi Rusia Dr Mikhail Pavlow dalam Dialog "Penerapan Teknologi Eksplorasi Bawah Permukaan dari Rusia: Kasus Semburan Lumpur Lapindo," di Jakarta, Senin. Jika jenis, posisi, gerakan dan lain-lain material yang ada di bawah permukaan bumi tersebut telah diketahui, maka untuk menghentikan material yang keluar dari permukaan itu lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi SWF, ujarnya, akan memberi gambaran lengkap yang ada di bawah permukaan bumi dengan menggabungkan berbagai variabel seismik, gravitasional, magnetik, thermal dan lain-lain yang digambarkan dalam data tiga dimensi. Teknologi MSM menggunakan sensor yang mampu menyampaikan sinyal untuk diterjemahkan menjadi posisi dan gerakan material yang ada dalam permukaan bumi. Kombinasi kedua teknologi ini, ujarnya, mampu merekonstruksi model geologi pada lapisan gunung api lumpur dalam bumi dan mengungkap adanya kanal-kanal hingga kedalaman 4.500 meter. Pihaknya menjamin akurasi data yang diolah kedua teknologi yang telah diterapkan di sejumlah negara seperti Rusia, Ukraina dan China itu mencapai 90-95 persen. "Dengan mengetahui secara detil kondisi di bawah permukaan bumi, kami bahkan mampu menemukan sumber migas di kawasan yang sudah mati dan mengeluarkannya. Jadi untuk menutup keluarnya material tentunya lebih mudah lagi jika telah diketahui kanal-kanal yang ada di dalamnya," katanya. Sementara itu Kepala Geologis PT Lapindo Brantas, Agung Budi Darmoyo menilai teknologi Rusia ini menggunakan metode yang berbeda dari teknologi yang selama ini digunakan dan karenanya perlu dipertimbangkan. "Banyak sekali teknologi yang sudah ditawarkan dan yang kami gunakan selama ini datang dari AS. Karena itu kami melihat sesuatu yang menarik pada teknologi Rusia ini," kata Agung.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006