Teheran (ANTARA News) - Pemerintah Iran menegaskan bahwa mereka tidak khawatir dengan setiap langkah untuk membatasi transaksi perdagangannya dalam dolar Amerika Serikat (AS), karena bisa menggunakan mata uang lain, seperti ero, apalagi Iran tidak lagi terlalu bergantung pada mata uang AS. AS telah berusaha mengucilkan Iran secara finansial dengan mendesak bank-bank internasional untuk memutuskan hubungan dengan Teheran, yang oleh Barat dituduh memiliki program nuklir tersembunyi untuk mengembangkan persenjataan. Namun, pihak Teheran membantah tuduhan itu. "Dalam hal terjadi pembatasan terhadap transaksi perdagangan dalam dolar, kami akan mendorong transaksi perdagangan kami dengan menggunakan mata uang lain," kata Menteri Ekonomi dan Keuangan Iran, Davoud Danesh-Jafari, kepada wartawan. "Kebijakan tersebut tidak hanya akan merugikan kepentingan Iran, tetapi juga AS. Pada akhirnya, kebijakan itu akan memperlemah posisi dolar di dunia," katanya. Ia menimpali, Iran bisa saja beralih ke transaksi perdagangan dengan menggunakan mata uang ero yang digunakan masyarakat Ekonomi Eropa (EC). "Secara umum, kami telah mengikuti kebijakan mengurangi ketergantungan pada transaksi dalam dolar untuk sementara waktu," katanya. Teheran telah mengingatkan akan meninggalkan dolar AS dalam cadangan devisanya. Sebuah harian di Iran melaporkan, Senin, bank-bank Swis, seperti UBS dan Credit Suisse , serta HSBC di London , akan menangguhkan transaksinya dalam dolar AS dengan Iran dan perseorangan-perseorangan di Iran dalam beberapa hari mendatang. UBS mengatakan, pihaknya memulai kebijakan pada 2005 untuk tidak melakukan pembayaran kepada atau menjalin hubungan dengan perseorangan-perseorangan di negara yang dinilai sensitif, seperti Korea Utara (Korut), Sudan, Iran dan Kuba. Credit Suisse mengatakan, pihaknya masih dalam proses mengakhiri transaksi dengan Iran. Sementara itu, HSBC belum bisa dimintai komentar. Para diplomat Barat mengatakan, beberapa bank internasional telah memperketat penyaluran kredit ke Iran sebagai tanggapan atas ancaman bahwa sanksi PBB akan dikenai terhadap Iran terkait program nuklirnya. Sementara itu, Bank sentral Iran mengatakan, telah menawarkan kredit kepada importer untuk menutup segala kekurangan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006