Jakarta (ANTARA News) - Cendekiawan Muslim, Komarudin Hidayat, menyatakan dirinya akan menyampaikan aspirasi umat Islam Indonesia yang terluka akibat kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat (AS), terkait tuduhan pesantren/madrasah sebagai sarang teroris, saat bertemu Presiden George W Bush, di Bogor, Senin (20/11). "Saya akan menyampaikan aspirasi umat Islam Indonesia yang terlukai atas kebijakan luar negeri Presiden George W Bush," katanya kepada ANTARA, di Jakarta, Sabtu. Menurut Komarudin, tuduhan itu tidak berdasar karena tokoh-tokoh dan aktivis Islam sudah secara jelas menyuarakan kritik keras terhadap politik luar negeri George W Bush yang menyudutkan Islam sebagai basis/kantung teroris. Tuduhan basis/kantung teroris itu, kata dia, terutama pada dunia atau di lingkungan madrasah/pesantren. Tentunya tuduhan itu sangat melukai para kyai dan umat Islam di Indonesia, pasalnya kasus kelompok esktremis itu sendiri tidak jelas. "Kasus sekelompok ekstremis yang tidak jelas pendidikan dan posisi sosialnya, jadi jangan di '[blow up' untuk menghitamkan Islam. Aspirasi itu akan saya sampaikan dalam pertemuan dengan George W Bush nanti," kata cendekiawan Muslim yang juga saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, ia juga akan menyampaikan seputar peran agama dalam proses demokratisasi di Indonesia kepada George W Bush, karena banyak tindakan Bush yang menghancurkan proses dan pematangan demokrasi dan penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) yang justru sering menjadi dagangan utama sarjana Barat. Komarudin yang juga sempat menjabat Ketua Panwaslu 2004, menyatakan dirinya juga akan menagih janji Bush yang mau menyelesaikan Palestina. "Saya akan menagih janji Bush yang akan menyelesaikan Palestina seperti yang dikemukakan sebelum menyerang Irak," katanya. Sebelumnya dilaporkan, sembilan tokoh masyarakat yang akan bertemu dengan Bush, yakni Arief Rahman dan Yohanes Surya untuk bidang pendidikan, Nila Moeloek bidang kesehatan, dan Muhammad Ichsan bidang Millennium Development Goals (MGD). Kemudian, Komaruddin Hidayat bidang agama, Frans Wospakrik dari Papua, Yusni Sabi dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Ridwan Jamaludin dari LIPI, dan Dr Adi Santoso dari BPPT. (*)

Copyright © ANTARA 2006