Pekanbaru (ANTARA News) - Masyarakat di sekitar Sungai Indragiri di Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir, heboh akibat banyak ikan hingga seekor buaya muara ditemukan lemas diduga akibat pencemaran di sungai terbesar di Provinsi Riau itu.

"Ketika terjadi musim pasang, kadang kala ikan ada yang pingsan karena kekurangan oksigen ketika air menjadi keruh. Tapi kali ini beda, karena ikan yang ditemukan megap-megap cukup banyak dan sampai ada seekor buaya yang ikut pingsan. Kami curiga ini karena ada pencemaran limbah, bukan sekadar karena air pasang," kata seorang warga Maryanto, ketika dihubungi dari Pekanbaru, Kamis.

Ia mengatakan penemuan ikan dan buaya di daerah Parit I, Kecamatan Tempuling. Buaya yang ditemukan warga dalam kondisi pingsan sempat mengundang kehebohan, karena ukuran satwa itu cukup besar yakni panjangnya sekitar dua meter.

"Buaya yang seharusnya binatang ganas, sampai tidak ada daya lagi ketika diangkat oleh warga. Berarti kondisi air sungai ada masalah," ujarnya.

Menurut dia, selama sepekan terakhir banyak warga yang menggunakan air sungai mengeluhkan badan mereka gatal-gatal. Menurut Mardyanto, musim hujan sejak sepekan terakhir membuat air sungai pasang tinggi. Hal itu bisa menyebabkan sisa timbunan minyak sawit mentah (CPO) dan limbah bekas pabrik batu bara di daerah itu mengalir ke sungai.

Karena itu, masyarakat juga telah melaporkan kondisi sungai tersebut ke Badan Lingkungan Hidup Indragiri Hilir.

Kepala Bidang Pencegahan Kerusakan Lingkungan BLH Indragiri Hilir, Ardi Yusuf mengatakan pihaknya sudah mengambil sampel air untuk dan telah mengirimnya ke Laboratorium PU di Pekanbaru untuk diteliti.

"Mungkin hasilnya bisa diketahui satu bulan lagi," ujarnya.

Dugaan sementara Ardi, air Sungai Indragiri terkena pengaruh air pasang dari laut yang membuatnya keruh bercampur lumpur dan air hujan.

"Jadi ikan-ikan di bawah permukaan muncul ke permukaan karena kekurangan oksigen. Kalau ikan-ikan itu tidak segera dipindahkan, maka mereka bisa mati," katanya.

Meski begitu, Ardi mengakui kejadian seperti itu sudah lama tidak terjadi di Sungai Indragiri sejak puluhan tahun lalu. "Terakhir kali terjadi, ketika saya masih kecil," ujarnya.

Ia mengatakan pihaknya belum bisa memastikan penyebab kejadian tersebut apakah karena faktor alam atau akibat pencemaran limbah industri. Ia mengatakan disepanjang alirah sungai itu memang terdapat satu pabrik pengolahan minyak sawit mentah (CPO), dua hingga tiga lokasi penimbunan CPO, dan pembangkit listrik PLN.

"Saya tidak bisa berandai-andai sebelum hasil tes sampel air keluar," ujarnya.
(F012)

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014