Denpasar (ANTARA News) - Sepasang barong dan rangda hasil sentuhan tangan terampil seniman Bali akan menjadi salah satu koleksi yang menarik dari 60.000 obyek etnografiMuseum Antropologi Rautenstrauch-Joest di Jerman bagian barat. "Karya Tjok Oka Tisnu, seniman asal Singapadu, Gianyar itu segera dikirim ke Jerman bersamaan dengan sebuah `Bade/Padmasana` tempat pengusungan jenazah dalam upacara pengabenan khas Bali dan seekor lembu putih karya seniman I Ketut Budiana asal Ubud," kata Wakil Direktur Museum tersebut Dr Jutta Engelhard didampingi Ketua Yayasan Walter Spies Jerman Horsdt Jordt di Ubud Senin. Ia mengatakan, keempat buah koleksi dari Bali itu akan dikirim dengan menggunakan angkutan laut 2 Desember mendatang dan diharapkan sudah tiba di Jerman 10 Januari 2007. Museum yang memiliki luas gedung 3.600 meter per segi akan memajangkan tidak kurang dari 60.000 obyek etnografi dan lebih dari 100.000 fotografi etnografi dari Asia, Afrika, Amerika dan Oceania. Museum Antropologi Rautenstrauch-Joest yang satu-satunya di negara bagian Jerman barat kini dalam proses pengerjaan yang diharapkan mulai berfungsi dalam musim panas tahun 2008. Jutta Engelhard menjelaskan, empat jenis koleksi dari Bali telah melahirkan konsep untuk membuka dua ruang pameran yang memprioritaskan kebudayaan Pulau Bali. "Nilai-nilai dan ritual tradisional Bali itu sampai sekarang masih dihargai dan dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang pelaksanaanya dapat dipadukan dengan unsur-unsur baru," ujar Jutta Engelhard. Adanya koleksi yang unik dan menarik dari Bali, masyarakat Jerman maupun dunia internasional nanti dapat mempelajari bagaimana filosofi orang Bali menuju ke keseimbangan kekuatan kosmos. "Bade/padmasana" ukuran tinggi 4,5 meter hasil sentuhan tangan-tangan terampil seniman Bali mempunyai berat dua ton dan lembu putih juga dengan berat dua ton. Ketut Budiana mengaku mendapat pesanan menggarap proyek khusus tersebut sejak tahun yang lalu. Pengerjaannya dilakukan sedemikian rupa yang terdiri atas beberapa bagian yang kemudian dapat disambung, untuk memudahkan dalam proses pengiriman. Seluruh konstruksi "bade" terbuat dari bambu diikat dengan rotan secara tradisional sehingga sangat rumit. Pada bagian luarnya dibuat dari kayu yang diselimuti kain warna putih cemerlang. Sementara lembu putih yang masih dalam proses penyelesaian terbuat dari kayu yang ditutupi kain putih, yang semuanya dikerjakan dengan penuh ketekunan dan kesabaran. "Kain sebagai pengganti kertas sebagai hiasan bade maupun lembu diharapkan dapat bertahan lama, sekaligus tidak rusak selama dalam pelayaran," ujar Ketut Budiana.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006