Beirut (ANTARA News) - Menteri Industri Libanon Pierre Gemayel hari Selasa dibunuh di pinggiran utara Beirut dalam rangkaian terahir serangan terhadap politisi anti-Suriah, kata sumber keamanan kepada kantor berita Prancis AFP. Gemayel, politisi Kristen Maronit berusia 34 tahun, luka parah akibat serangan itu dan tewas tidak lama kemudian di rumahsakit terdekat, kata sumber tersebut. Kantor berita negara itu menyatakan Gemayel tewas akibat tembakan terhadap iringannya di dekat gereja Mar Antonius di daerah Jdaideh, utara Beirut. Saksi menyatakan Gemayel agaknya mengemudikan kendaraan itu saat diserang kelompok bersenjata yang menembak kepalanya. Jendela sisi sopir berlubang akibat tertembus peluru. Kelompok bersenjata menabrakkan mobilnya ke kendaraan Gemayel, kemudian melompat keluar dan memberondongnya dengan peluru saat iringannya melintas di lingkungan Kristen Sin el-Fil, kata saksi. Puluhan anggota keluarga dan temannya berdatangan ke rumahsakit itu, banyak di antaranya berteriak marah dan yang lain meratap. Satu wanita diungsikan sesudah pingsan di ruang gawat darurat tersebut. Saluran televisi Libanon menyela siaran teraturnya untuk mengudarakan musik klasik sesudah kematian itu dipastikan. Pembunuhan itu segera meningkatkan ketegangan di Libanon di tengah kemelut politik, yang menghadapkan mayoritas anti-Suriah dengan oposisi pro-Damsyik pimpinan Hizbullah, yang berniat menumbangkan pemerintah, yang mereka nilai pendukung Amerika Serikat. Ketua mayoritas anti-Suriah di parlemen, Saad Hariri, menyela temu pers untuk menuduh penguasa Suriah mencoba "membunuh setiap orang bebas" di Libanon. "Pusaran (pembunuhan) itu berlanjut," katanya. Ia merujuk pada serangkaian pembunuhan dan upaya untuk itu dalam dua tahun terahir, yang mencakup pembunuhan atas ayahnya, perdana menteri lima kali Rafiq Hariri, akibat ledakan dahsyat bom di pantai Beirut bulan Februari tahun lalu. Hariri kemudian mengatakan kepada CNN bahwa ia yakin pembunuhan itu berkaitan dengan kemungkinan keputusan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengadakan mahkamah antarbangsa guna mengadili tersangka pembunuh ayahnya. "Kami percaya bahwa tangan Suriah berada di semua tempat," katanya. "Ini bukan waktu untuk menyerah. Darah sudah tumpah untuk membebaskan negara kita dari tangan penguasa itu, dari penguasa terlibat dalam pembunuhan Rafiq Hariri, dalam pembunuhan banyak orang," katanya. Penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa melibatkan pejabat tinggi Suriah dan sekutu Libanon-nya dalam pembunuhan Hariri, yang memicu kecaman dan memaksa Damsyik mengahiri penguasaan tentara hampir tiga dasawarsa di Libanon. Penguasa Suriah membantah terlibat dalam serangan maut tersebut. Gemayel adalah putera mantan presiden Amin Gemayel, sosok terkemuka kubu anti-Suriah. Ia juga kemenakan presiden Bashir Gemayel, yang dibunuh tahun 1982 pada puncak 15 tahun perang saudara di Libanon. Ia juga cucu Pierre Gemayel, pendiri partai Kristen Kataeb (Palangis). Amerika Serikat segera mengecam pembunuhan itu dengan menyatakannya "ulah terorisme". "Kami terguncang oleh pembunuhan itu. Kami memandangnya sebagai tindakan terorisme," kata Menteri Muda Luar Negeri Nicholas Burns. Menteri Luar Negeri Inggris Margaret Beckett juga langsung mengecam pembunuhan itu. "Kami jelas mengecamnya. Kami kaget," katanya pada temu pers di London bersama tamunya, mitranya dari Israel, Tzipi Livni. "Sudah cukup masalah di Libanon," katanya. "Suriah mengecam keras pembunuhan itu," kata kantor berita resmi Suriah SANA. Pejabat Hizbullah Ahmed Melli menyatakan kelompok Syiah itu juga mengecam pembunuhan tersebut. Dengan kematian Gemayel undur diri atau kematian dua menteri lagi, pemerintah Perdana Menteri Fuad Siniora bakal jatuh.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006