Oleh Hanni Sofia Setelah sekira 16 jam lebih perekonomian di Kota Bogor dan sekitarnya lumpuh, denyut kehidupannya mulai berdetak normal begitu Pesawat "Air Force One" yang membawa Presiden AS George W Bush meninggalkan kota itu, Senin (20/11) malam. Kunjungan Bush ke Bogor memang cuma enam jam, tapi sejak pukul 06.00 WIB semua jalan di kota itu ditutup dan mematikan semua kegiatan ekonomi, hingga dibuka kembali pada pukul 22.00. Kendati "cuma mampir" dalam perjalanan pulang setelah mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Vietnam, di Bogor Bush sempat bertemu dengan banyak kalangan. Selain berbicara dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bush juga bertemu dengan sembilan tokoh berbagai bidang di Istana Bogor. Sembilan tokoh yang mengikuti pertemuan itu adalah ekonom Muhammad Ikhsan, pakar fisika Yohanes Surya, peneliti LIPI Adi Santoso, cendekiawan muslim Komaruddin Hidayat, Ketua Badan Reintegrasi NAD Yusny Saby, Wakil Ketua Majelis Rakyat Papua Frans Wospakrick, pakar BPPT Ridwan Djamaluddin, pakar pendidikan Arif Rachman dan pakar kesehatan Nila Farid Moeloek. Dalam pertemuan itu, fisikawan dan peneliti, Yohanes Surya meminta Presiden Amerika Serikat George W Bush untuk memberikan kesempatan lebih luas kepada pelajar Indonesia menuntut ilmu di universitas ternama di negeri Paman Sam itu. Menurut dia, Presiden Bush menyambut baik permintaan itu dan meminta pihak kedutaan Amerika Serikat menindaklanjutinya untuk pelaksanaan teknis. Sejak peristiwa 11 September 2001 atau tragedi gedung kembar WTC, jatah kesempatan pelajar Indonesia untuk menuntut ilmu di Amerika Serikat dikurangi. Menurut Yohanes, banyak pelajar berbakat di Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan pelajar negeri lain dalam hal intelektualitasnya. "Itu sudah terbukti dalam even olimpiade fisika tingkat internasional dimana Indonesia hampir selalu mendapatkan medali emas," kata pria kelahiran Jakarta, 6 November 1963 itu. Pemimpin pusat pelatihan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) itu mengatakan, putra-putri terbaik itu sudah semestinya mendapatkan kesempatan lebih besar menuntut ilmu di perguruan tinggi ternama di AS. Sambutan hangat dari Presiden Bush itu selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh Yohanes dengan melakukan pendekatan lebih intensif ke Kedubes AS. "Karena mereka telah membuka kesempatan itu, kita juga harus lebih aktif," kata peraih gelar Ph.D. summa cum laude dari Jurusan Fisika College of William and Mary, Virginia, itu. Menurut Yohanes, kedatangan Bush ke Indonesia berpengaruh positif terhadap segi pendidikan tanah air. Pemberian kesempatan untuk menuntut ilmu di AS selama ini cenderung sulit dilakukan tapi dengan kedatangan Bush, kesempatan itu kini lebih besar, katanya. Berharap Banyak Sementara itu, sejumlah masyarakat Bogor dan aparat keamanan yang terlibat langsung dalam momentum kedatangan George Bush berharap banyak pertemuan kedua "Bapak Negara" itu berpengaruh positif bagi kehidupan mereka. Awak bus Agramas, Latief, mengatakan, kedatangan Presiden Bush telah disambut dengan ritual yang luar biasa hingga mengakibatkan sebagian besar masyarakat Kota Bogor kehilangan penghasilan pada hari kedatangannya. Oleh karena itu, ia berharap ada efek positif seperti perbaikan dalam bidang ekonomi berkat bantuan AS yang dijanjikan kepada Indonesia sehingga kehidupan masyarakat meningkat lebih baik. "Pertemuan itu harus bisa membayar kerugian yang diderita masyarakat Bogor khususnya akibat penyambutan Bush," katanya. Mahasiswa Akademi Kimia Analis (AKA) Bogor, Indrawan Susanto, mengatakan, kepergian Bush hanya meninggalkan janji-janji kosong belaka. Menurut dia, sosok seperti Bush tidak akan memberikan bantuan tanpa ada kepentingan tersembunyi di baliknya. "Selama kita bisa mandiri, lebih baik tidak usah terima bantuan dan tidak perlu dengarkan Bush," katanya. Siswa salah satu SMA di Bogor, Evita (18), mengatakan, kedatangan Bush menyebabkan kenyamanan Kota Bogor hilang digantikan suasana mencekam yang tidak kondusif untuk belajar. "Kami dihantui rasa takut dan cemas, jangan-jangan akan ada kerusuhan besar karena kami melihat ada petugas keamanan membawa senapan di mana-mana," katanya. Evita dan pelajar lain di Bogor sempat diliburkan sehari selama kedatangan Bush, karena itu ia wajib mengikuti pelajaran tambahan yang dijadwalnya di sekolahnya. "Ini menjadi beban baru bagi kami. Seharusnya porsi belajar kami normal jadi berantakan karena kedatangan Presiden Bush," katanya. Menurut dia, bila Bush memang memberikan janji bantuan pendidikan semestinya segera diwujudkan agar sekolah murah atau gratis tidak lagi sekadar impian masyarakat di tanah air. Aparat keamanan TNI, Sunaryo, mengatakan, momentum kedatangan Bush merupakan hajatan besar pemerintah yang harus didukung semua elemen masyarakat. Menurut dia, pengamanan yang dilakukan menjelang dan saat kedatangan Bush telah disesuaikan dengan prosedur yang berlaku secara internasional dalam penyambutan tamu negara. Ia berharap, pertemuan kedua pemimpin negara itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang berpihak pada rakyat banyak. "Dan tidak ada lagi saling tuduh tentang teroris, sarang teroris, negara teror, dan sejenisnya," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006