Jakarta (ANTARA News) - Rencana pengembangan DKI Jakarta menjadi Megapolitan yang mencakup Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi harus didukung kebijakan politik apabila berkeinginan konsep ini dapat dijalankan. "Pendekatannya tidak lagi melalui konsep ekonomi semata-mata, tetapi juga harus didukung secara politik," kata pengamat perkotaan, Johan Silas di Jakarta, Rabu di hadapan peserta Rakerda REI DKI Jakarta. Hal ini, kata Johan Silas, karena menyangkut keberadaan kota induk. Apabila Jakarta ingin dijadikan sebagai kota induk berarti harus ada dukungan politik untuk melaksanakannya. Namun yang saat ini berkembang Megapolitan seperti apa, pemerintah belum memberikan gambaran yang jelas, kata Johan Silas. Padahal, katanya, keberadaan konsep Megapolitan ini sudah sangat mendesak tercermin dari kepadatan lalulintas yang berasal dari daerah-daerah penyangga DKI Jakarta, tanpa adanya koordinasi maka persoalan ini tidak akan terpecahkan, ungkapnya. Menurut dia, Jakarta seperti halnya kota-kota besar lainnya di luar negeri juga dihantui oleh sampah, banjir, dan kemacetan lalulintas yang sebenarnya terkait dengan penataan permukiman. Strategi pembangunan kota Jakarta harus mampu mencapai tiga sasaran yakni kota yang semakin manusiawi serta lingkungan yang semakin baik. Soal manusiawi ini Johan Silas mengkritisi fasilitas umum DKI Jakarta yang tidak memberikan dukungan bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR). Sebagai gambaran fasilitas angkutan umum yang tidak disediakan untuk karyawan yang pulang setelah pukul 23.00 WIB. "Praktis setelah pukul itu kendaraan umum sudah jarang, sementara karyawan kita banyak yang baru pulang," ucapnya. Dalam rangka mencapai tujuan strategis skala kota tersebut maka pembangunan perkotaan harus dimulai dari permukiman karena menyangkut daya saing Jakarta dibanding kota-kota lainnya. Ia juga meminta kepada Pemprov. DKI Jakarta dalam makalahnya untuk menata kembali secara tegas kawasan hijau, biru, dan bening. Pada kesempatan itu dia juga mengkritisi kebijakan pemerintah di bidang angkutan umum yang masih berorientasi kepada pemanfaatan bus, padahal di kota-kota lain sudah mengarah kepada penggunaan kereta listrik yang lebih efisien dan ramah lingkungan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006