Jakarta (ANTARA News) - PT Djakarta Lloyd Persero, perusahaan pelayaran samudera milik negara, mengusulkan suntikan dana dari pemerintah dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp350 miliar pada 2015.

"PMN sudah disetujui Kementerian Keuangan, tinggal menunggu persetujuan DPR-RI," kata Direktur Utama Djakarta Lloyd Arham S Torik, usai mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham di Kementerian BUMN di Jakarta, Selasa.

Menurut Arham, usulan PMN tersebut selain lanjutan bagian dari rektrukturisasi perusahaan juga dapat mendukung pembangunan Tol Laut pada program pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Ia menjelaskan, sesuai dengan rencana bisnis yang diajukan kepada pemegang saham, dana PMN tersebut akan dialokasikan untuk perbaikan 6 unit kapal dan pembelian 1 unit kapal curah handymax.

Saat ini perusahaan yang bergerak pada jasa cargo tersebut memiliki 2 unit kapal berjapasitas 1.600 TEUs atau setara dengan 1.600 kontainer, 3 unit kapal berkapasitas 400 TEUs atau setara 400 kontainer, dan satu unit kapal 208 TEUs.

"Satu unit kapal curah jenis Handymax berkapasitas 45 metrik ton yang akan dibeli adalah kapal bekas buatan tahun 2003 dengan harga 12 juta dolar AS atau sekitar Rp142,8 miliar," ujarnya.

Ia menuturkan, semua rencana bisnis tersebut sangat tergantung kepada persetujuan dari DPR. "Jika disetujui dan semua rencana bisnis berjalan sesuai dengan target maka akan terjadi lompatan kinerja keuangan secara signifikan," tegasnya.

Ia menambahkan, pada Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015, perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp629 miliar tumbuh sekitar 400 persen dari pendapatan 2014 sebesar Rp153 miliar.

Saat bersamaan laba bersih perseroan 2015 diproyeksikan naik tajam dari menjadi Rp66 miliar dari sebelumnya sekitar Rp3 miliar.

Bangkit


Perseroan yang siap bangkit dari keterpurukan itu baru saja menyelesaikan program Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Pengadilan Niaga, Jakarta sebesar Rp1,2 triliun.

"Saat ini kami beroperasi hanya mengandalkan kapal mitra kerja. Dengan kapal milik sendiri maka kami optimistis akan ada penambahan margin keuntungan," ujarnya.

Menurut Arham, optimisme perbaikan kinerja sejalan dengan selesainya program restrukturisasi utang, dan ditambah raihan kontrak dengan BUMN lain seperti PLN, Aneka Tambang dan Krakatau Steel, untuk mengangkut komoditas seperti batubara, BBM, gas, timah, semen, pupuk hingga produk sembako.

Selain itu juga kontrak dengan pihak swasta mengangkut baru bara milik PT Adaro Energy, PT Berau Coal.

Kontrak dengan PLN meliputi pengangkutan batu bara dengan volume 1,2 juta metrik ton, sedangkan dengan Adaro dan Berau kontrak pengangkutan sekitar 900.000 matrik ton.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015