Banjarmasin (ANTARA News) - Dari 3.452 orang jemaah calon haji embarkasi Syamsuddin Noor Banjarmasin, sebanyak 671 orang diantaranya berisiko tinggi karena mengidap suatu penyakit. Kepala Dinas Kesehatan Kalsel Drg Rosehan Adhani, Jumat, mengungkapkan dari 671 orang calon jemaah haji tersebut masing-masing mengidap suatu penyakit yang harus mendapatkan perhatian khusus baik dari calon jemaah sendiri maupun tim kesehatan. Beberapa penyakit yang diidap para calon jemaah diantaranya, yaitu hipertensi, 78 orang, diabetes, 17 orang, jantung, 56 orang, gangguan hormonia, 11 orang, perut, 2 orang, darah rendah, 5 orang, dan beberapa penyakit lainnya. Sedangkan satu orang jemaah haji batal berangkat, karena sedang hamil, sehingga tidak bisa dilakukan imunisasi, karena akan membahayakan janin yang ada dalam kandungannya. Para calon jemaah haji yang dinyatakan beriseko tinggi tersebut, tambahnya, bukan berarti tidak bisa berangkat ke tanah suci Makkah, namun selama menjalankan kegiatan peribadatan diharapkan pandai-pandai menjaga kondisi tubuh. Disarankan, para jamaah, mengutamakan yang wajib-wajib dahulu, daripada yang sunah, sehingga tenaganya bisa disimpan dengan baik untuk melakukan ibadah dengan baik. "Jangan sampai karena terlalu mengutamakan yang sunah-sunah, akhirnya tenaganya habis, sehingga yang wajib justru ketinggalan," katanya. Bagi para jamaah yang pada waktu ditanah suci merasakan ada gejala sakit harus segera melaporkan kepada tim kesehatan yang terdiri dari 11 dokter dan 11 orang perawat ditugaskan menjaga para jemaah selama dalam menjalankan kewajibannya. Kendati disertai oleh tim kesehatan, yang setiap waktu siap membantu para jamaah haji, Rosehan meminta agar para jamaah juga pandai menjaga kondisi tubuhnya sendiri, dengan makan makanan yang bergizi teratur, minum air putih dan selalu olahraga. Tentang obat-obatan, tambahnya, para jamaah juga akan diberikan secara gratis bila sakit yang dideritanya kambuh, namun demikian karena jamaah lebih tahu dengan perlakuan penyakitnya selama di rumah, tidak ada salahnya mereka juga mempersiapkan sendiri obat-obatan yang bisa dikonsumsi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006