Surabaya (ANTARA News) - Pakar komunikasi politik UI, Effendi Gazali PhD, mengatakan acara parodi politik yang ditayangkan sejumlah stasiun televisi swasta pada akhir-akhir ini menjadi wahana pembelajaran politik bagi masyarakat. Demikian disampaikan Effendi Gazali saat menjadi pembicara seminar nasional dunia komunikasi yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya (Stikosa) AWS di Surabaya, Sabtu. "Masyarakat mulai jenuh dengan kegiatan politik praktis yang begitu menonjol beberapa tahun terakhir, tetapi begitu kita luncurkan acara parodi politik di televisi, mereka tampak respek dan menaruh perhatian," katanya. Penggagas acara parodi politik "Republik BBM" dan "News Dot Com" itu mengungkapkan dalam beberapa kesempatan melakukan tayangan "off air", acara parodi politik diminati anak sekolah dasar hingga orang tua. Menurut Effendi Gazali, tingginya minat masyarakat terhadap acara parodi politik yang sering menyindir kebijakan pemerintah dan pejabat publik, menjadi bukti bahwa ada sesuatu yang kurang benar dengan sikap pejabat publik dan pemerintah tersebut. "Ketika kondisi pemerintahan itu baik-baik saja dan seimbang dengan kondisi masyarakatnya, acara-acara parodi politik biasanya tidak akan menarik perhatian," kata Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI itu. Ia mengatakan di Amerika Serikat yang masyarakatnya lebih kritis, acara semacam ini banyak ditayangkan stasiun televisi dan cukup menarik perhatian. "Bahkan di Amerika Serikat, kritik dan sindiran kepada pemerintah dan pejabat publik yang disampaikan lewat tayangan parodi jauh lebih tajam daripada di Indonesia. Toh rating tayangan tersebut juga cukup tinggi," tambah Penasihat Presiden "Republik Mimpi" itu. Selain mendapat simpati masyarakat, Effendi Gazali mengaku sering mendapat teror dan ancaman dari berbagai pihak, karena penayangan acara parodi tersebut. "Saya dan tim tidak punya tujuan atau kepentingan politik, apalagi masuk lingkaran kekuasaan. Kami hanya ingin masyarakat tahu bahwa menjadi pejabat publik atau pemerintah itu tidak mudah, apalagi dalam masa transisi seperti sekarang," katanya. Selain menghadirkan Effendi Gazali, seminar yang diadakan dalam rangka Dies Natalis ke-42 Stikosa-AWS itu juga menampilkan pembicara lain, antara lain sineas muda Riri Reza, Direktur Bali TV Satria Narada dan Direktur JTV Imawan Mashuri. (*)

Copyright © ANTARA 2006