Pada 2015 program restrukturisasi mesin TPT akan terus dijalankan, sehingga industri tekstil tetap berkembang,"
Sukoharjo (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan anggaran sekitar Rp100 miliar untuk melanjutkan program restrukturisasi atau peremajaan mesin industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tahun ini, guna meningkatkan daya saing tekstil nasional.

"Pada 2015 program restrukturisasi mesin TPT akan terus dijalankan, sehingga industri tekstil tetap berkembang," kata Menperin Saleh Husin pada kunjungan kerja kedua pabrik tekstil di Surakarta dan Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat.

Ia menegaskan industri tekstil masih menjadi unggulan untuk mendorong peningkatan ekspor nonmigas dan penyerapan tenaga kerja.

"Jangan sampai industri (tekstil) ini terganggu yang menyebabkan ia bergeser ke luar Indonesia," katanya. Apalagi diakuinya industri tekstil yang padat karya juga rentan oleh aksi demonstrasi buruh.

Saleh menilai program restrukturisasi mesin berupa bantuan pembelian peralatan produksi dengan teknologi baru yang sudah berjalan sejak 2007 itu telah mampu meningkatkan produktivitas industri tekstil antara 4-10 persen, efisiensi energi sekitar 2-8 persen, serta peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 241.835 orang.

"Program ini sangat bermanfaat dan mengurangi tingkat pengangguran," ujarnya.

Ditambahkan Sekjen Kemenperin Anshari Bukhari, program restrukturisasi berupa bantuan pembelian mesin baru sebesar 10 persen masih dibutuhkan untuk menopang daya saing industri TPT yang menjadi andalan ekspor dan pembukaan lapangan kerja.

"Menurut saya sampai lima tahun ke depan program ini masih dibutuhkan," katanya.

Namun berbeda dengan tahun sebelumnya, pada 2015, kata dia, Kemenperin memberikan bantuan hanya sekitar satu miliar rupiah, sehingga perusahaan harus investasi sekitar 10 miliar untuk membeli peralatan/mesin baru.

Sejak 2007 sampai 2014, Anshari memperkirakan pemerintah telah menggelontorkan bantuan sekitar Rp1,4 triliun untuk mendorong daya saing ekspor TPT yang tahun lalu diperkirakan mencapai 13 miliar dolar AS.

"Tahun ini dana program restrukturisasi sekitar Rp100 miliar, itu artinya diharapkan ada investasi tambahan sekitar 10 kali lipat di industri tekstil," kata Anshari.

Sementara itu dari pelaku usaha seperti CEO PT Dan Liris, Michelle Tjokrosaputro dan Presdir PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Iwan Setiawan Lukminto juga menilai program bantuan restrukturisasi mesin masih diperlukan di tengah tingginya tarif listrik dan biaya suku bunga di Indonesia.

"Kami mengharapkan program restrukturisasi mesin tekstil yang sudah berjalan delapan tahun dapat dilanjutkan, ditingkatkan, dan menjadi program prioritas pemerintah," kata Iwan Setiawan pada sambutan peletakan batu pertama perluasan pabrik Sritex yang juga dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan Anggota Dewan Petimbangan Presiden (Wantimpres) Rusdi Kirana.

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015