Pekanbaru (ANTARA News) - Bangkai empat ekor Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatranus) ditemukan membusuk di areal hutan yang dirambah masyarakat di Desa Sungai Besar, Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Wartawan ANTARA yang mendatangi lokasi penemuan, Kamis, melaporkan bahwa bangkai empat ekor hewan bertubuh tambun itu ditemukan tidak dalam satu area tetapi letaknya saling berjauhan satu sama lain dan kondisinya mengenaskan. Kondisi tubuh gajah-gajah yang tidak bernyawa itu rusak berat terutama bagian mukanya karena seseorang telah mengambil gadingnya dengan cara merusak kepala gajah. Bau busuknya yang menyengat telah tercium pada jarak sekitar 500 meter dari lokasi perkebunan sawit yang baru ditanam milik perusahaan swasta. Salah satu bangkai gajah itu ditemukan tergeletak itu persis di jalan koridor PT Industried and Forest Asiatiques (IFA) eks perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang pernah beroperasi di daerah itu. "Ketika kami menemukannya `ongoknya` (nafas) masih ada," ujar Saturi (40) salah seorang warga yang menemukan bangkai gajah itu. Menurut dia, masyarakat di kampungnya menemukan bangkai hewan yang dilindungi Undang Undang itu saat mereka sedang "batobo" (bergotong royong membersihkan ladang) pada Sabtu (2/12) siang. Areal yang ditebang masyarakat persih berada diperbatasan hutan Sungai Telubuk. Saat masyarakat mendatangi lokasi perambahan yang akan dijadikan ladang kebun sawit itu mereka banyak menemukan kotoran gajah. Ketika ditelusuri, seekor gajah jantan besar yang masih lengkap dengan gadingnya tergeletak tak berdaya dan masih bernafas. "Selama semalaman kami berjaga di hutan agar gading `Datuk` (sebutan masyarakat setempat kepada gajah) tidak diambil orang," ujar Saturi. Disekitar lokasi bangkai gajah tersebut memang ditemukan beberapa tungku perapian atau api unggun yang telah menjadi arang. Bahkan terlihat juga bekas tebangan belukar yang dibuat pondok dari dedaunan dan ranting pohon sebagai tempat berteduh yang dipergunakan warga untuk menjaga gading gajah tersebut.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006