Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melantik mantan Panglima TNI (Purn) Jenderal Endriartono Sutarto sebagai Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen PT Pertamina (Persero) menggantikan Martiono Hadianto. Upacara pelantikan dilakukan langsung Menneg BUMN, sebagai kuasa pemegang saham Pertamina, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat. Hadir pada acara itu Dirut PT Pertamina Ari H Soemarno, dan Deputi Menneg BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi Roes Aryawijaya, dan sejumlah pejabat di Kementerian BUMN. Endriartono diangkat berdasarkan SK Menneg BUMN No. KEP-122/ MBU/2006 tanggal 7 Desember 2006. Selain Endriartono, Menneg BUMN juga menetapkan dia anggota komisaris yaitu Maizar Rahman, dan Irnanda Laksanawan, dan Muhammad Abduh sebagai komisaris independen. Komisaris Irnanda Laksanawan saat ini menjabat Asisten Deputi Urusan Industri Strategis di Kementerian BUMN, sementara Maizar Rahman saat ini menjabat Ketua Dewan Gubernur OPEC. Sedangkan Muhammad Abduh sebelumnya menjabat komisaris independen. Menneg BUMN Sugiharto mengucapkan berterimakasih kepada jajaran komisaris lama atas kinerja dan keberhasilan menyelesaikan sejumlah tugas seperti masalaha ExxonMobile, soal kasus kapal tanker (very large crude carrier/VLCC), penyelundupan di Lawe-lawe, dan masalah korporasi. Sementara itu, kepada jajaran komisaris yang baru, Sugiharto berharap dapat menjalankan tugas sesuai dengan pernyataan pengangkatan. "Saya selaku kuasa pemegang saham, selaku anak bangsa berharap Komisaris bisa mendorong Pertamina meningkatkan kinerja sehingga memicu pertumbuhan ekonomi sesuai yang diamanatkan Presiden," ujar Sugiharto. Pertamina ke depan juga diharapkan mampu melakukan trasformasi usaha, budaya dan manajemen sehingga dapat bersaing dengan industri sejenis di luar negeri. Sosok Endriartono Masuknya Endriartono ke jajaran komisaris Pertamina sempat mengundang pro dan kontra. Sugiharto menjelaskan, Pertamina memiliki aset yang luar biasa atau mencapai lebih Rp100 triliun dan tersebar luas di tanah air. "Objek-objek vital tersebut memiliki profil risiko tinggi, sehingga butuh pengamanan menyeluruh dan sehingga terkontrol," ujarnya. Sosok Endriartono dengan kemampuan manajerial dan berpengalaman di bidang kemiliteran diutarakan Sugiharto, dapat menyelesaikan permasalahan penyelundupan. Terkait hal itu, Endriartono menjelaskan, secara garis besar tidak ada perbedaan besar antara manajerial industri dengan militer. "Yang dibutuhkan adalah kerjasama ke arah yang positif di seluruh jajaran dan lini di Pertamina itu sendiri, sehingga kinerja perusahaan dapat ditingkatkan," ujarnya. Namun Endriartono tidak bersedia merinci lebih lanjut program-program apa yang akan dilakukan untuk mengawasi lebih jauh Pertamina. "Soal angka-angka dan kebijakan Pertamina masih saya harus lihat dulu, yang penting bagaimana mengatur dan mengawasi produksi dan distribusi," ujarnya. Dirut Pertamina Ari Soemarno pernah mengatakan, penunjukan Endriartono merupakan keputusan pemegang saham. "Beliau salah seorang yang pernah memimpin angkatan bersenjata kita. Tentunya pengalamannya sangat berharga untuk mengawasi perseroan ke depan," ujarnya. Sehingga menurutnya, Endriartono dengan latar belakang militer tidak akan menjadi masalah, seperti halnya di sejumlah negara seperi Amerika Serikat banyak "joint of staff" dari angkatan bersenjata masuk ke sejumlah industri perminyakan. Endriartono lahir di Purworejo, Jawa Tengah tahun 1947, terakhir menjabat Panglima TNI sejak Juni 2002 hingga Februari 2006. Lulus Akabri bagian Darat tahun 1971, dilanjutkan di Air Borne and Ranger Amerika Serikat tahun 1997. Sekolah Staf dan Komando TNI AD (Seskoad) 1985, Sesko ABRI tahun 1993, dan Lemhanas 1995. Sederetan jabatan yang disandang suami dari Dra Andy Widayanti dan ayah dari tiga putra ini antara lain, Kepala Staf Brigif Kostrad (1988), Danrem 173 Kodam Trikora, Biak Irian Jaya (1995), Asisten Kasum ABRI (1998-1999), Komandan Sesko TNI (1999), Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Oktober 2004 - 4 Juli 2002, hingga menjadi Panglima TNI pada Juni 2002.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006