Jakarta (ANTARA News) - Efek Desember (December Effect} akan mewarnai perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan, kata beberapa analis saham. Analis Riset PT Panin Capital, Luki Aryapama, kepada ANTARA akhir pekan lalu mengatakan bahwa aktivitas perdagangan saham memasuki bulan Desember biasanya terjadi "December effect", yaitu banyak manajer investasi melakukan upaya "window dressing" (pengangkatan harga saham di pasar untuk mendukung laporan keuangan menjadi lebih baik daripada keadaaan sesungguhnya) dengan melakukan belanja saham. "Biasanya para pelaku pasar memasuki Desember akan melakukan `window dressing`, sehingga masih dimungkinkan harga-harga saham berpeluang naik," kata Luki. Dia juga mengungkapkan sentimen positif dalam negeri, yakni membaiknya prediksi makro ekonomi Indonesia tahun depan (2007), turunnya BI-rate (suku bunga Bank Indonesia) menjadi 9,75 persen menjadi momen yang bagus untuk membangkitkan sektor riil. Namun, tambah Luki, sudah jenuhnya pasar akibat menguatnya indeks pada akhir-akhir ini masih menjadi kekhawatiran para pelaku pasar terhadap aksi `profit taking` (ambil untung). Beberapa saham yang masih memiliki prospek cukup baik adalah sektor infrastruktur, seperti telekomunikasi dan kontruksi, sektor pertambangan, sektor perbankan dan sektor perkebunan. Hal yang sama juga diungkapkan Analis Riset dari PT Paramitra Alfa Sekuritas, Rifki I. Hasan. "Pekan depan indeks berpotensial `rebound` (naik kembali)," kata Rifki. Menurut dia, saham-saham unggulan yang pekan ini mengalami koreksi akan mengalami kenaikan karena faktor `window dressing` yang biasanya berlangsung pada bulan Desember. Rifki merekomedasikan saham Antam dan Bumi Resources serta sektor perbankan memiliki potensi untuk naik. Saham Antam didukung oleh membaiknya harga nikel di pasar dan Bumi juga oleh membaiknya permintaan komoditi batubara. Sementara sektor perbankan diperkirakan para pelaku pasar akan mengantipasi terhadap laporan keuangan kuartal keempat. Dengan kondisi tersebut diperkirakan IHSG akan kembali menguat, meneruskan kenaikan pada pekan lalu. Perdagangan saham pada pekan lalu, IHSG kembali menguat dan mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah terbarunya dan sempat menyentuh level 1.800. IHSG pada pekan ini berakhir di posisi 1.775,285 atau naik 40,535 poin, sedangkan indeks LQ45 menguat 8,027 poin di posisi 388,359. Pada pekan sebelumnya IHSG ditutup di 1.734,750 dan LQ45 pada level 380,332. Rata-rata perdagangan setiap harinya mencapai 2,480 miliar saham per hari dan senilai Rp2,187 triliun per hari. Penguatan indeks ini masih didorong oleh positifnya makro ekonomi yang terus membaik yang dimotori oleh penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) sebesar 50 basis poin menjadi 9,75 persen. Namun, IHSG selama sepekan berjalan fluktuatif, karena diselingi aksi ambil untung karena faktor eksternal, yakni menurunnya Wall Street dan bursa regional. (*)

Copyright © ANTARA 2006