Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Anton Apriyantono menyatakan, dengan potensi yang dimiliki saat ini Indonesia siap menjadi negara produsen maupun eksportir kakao terbesar di dunia. "Kita telah bertekad menjadikan Indonesia sebagai yang nomor satu di dunia dalam perkakaoan. Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan kakao selasr dengan pertumbuhan permintaan dunia," katanya di Jakarta, Selasa. Ketika membuka Seminar dan Pameran Kako dan Coklat Indonesia di gedung Deptan, potensi kakao Indonesia, yakni pada 2005 memiliki areal seluas 992.546 ha dengan produksi 652.350 ton dan merupakan negara produsen kakao ke tiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana serta menjadi pengekspor kakao terbesar ke dua sesudah Ghana. Sebagai komoditas unggulan, kakao Indonesia mampu menyumbangkan devisa negara sebesar 668 juta dolar AS per tahun atau nomor tiga dari sektor pertanian setelah kelapa sawit dan Karet. Dia mengatakan, pada periode 1997-2002 laju pertumbuhan ekspor kakao nasional mencapai 12 persen sedangkan pertumbuhan ekspor dunia hanya 3,51 persen. Hingga tahun 2005, tambahnya, ekspor kakao Indonesia telah mencapai 3,3 persen sementara rata-rata ekspor dunia hanya 1,7 persen. "Oleh karena itu kita harus bertekat meningkatkan daya saing dan produktivitas kakao Indonesia di pasar global," katanya. Sesuai dengan program Deptan dalam peta komoditas kako pada 2020 luas areal kako ditargetkan mencapai sekitar 1,4 juta ha yang akan ditempuh melalui kegiatan "Revitalisasi Pengembangan Kakao". Kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan produktivitas menjadi 1.750 kg/ha/tahun atau produksi lebih dari dua juta ton. Dengan kondisi tersebut diharapkan Indonesia mampu menggeser posisi Pantai Gading sebagai penghasil kakao terdepan di dunia. Mentan menyatakan, hal itu dapat dicapai, untuk sektor hulu atau on farm dengan peningkatan produktivitas, penggunaan varietas unggul, hasil produksi difermentasi dengan benar, penanganan gangguan berbagai organisme penggangu tanaman (OPT) dengan benar. Sedangkan untuk kegiatan hilir atau off farm yakni melalui perbaikan industri pengolahan sehingga dalam perdagangan internasional produk Indonesia diakui dan diharagai bahkan mampu memperoleh harga premium. Pada kesempatan tersebut, Anton menyayangkan sebagai negara produsen kakao Indonesia hanya mampu menyediakan bahan baku bagi industri negara lain sedangakan industri pengolahan dalam negeri masih mengimpor bahan olah dari luar.(*)

Copyright © ANTARA 2006