Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) harus mengeluarkan kebijakan dan langkah tegas dalam mendorong perbankan untuk melakukan konsolidasi dengan merger atau akuisisi karena perbankan sangat lambat merespon kebijakan BI selama ini. "Rencana BI melakukan directive approach untuk konsolidasi perbankan sangat diperlukan. Juga tidak apa-apa kalau memang BI mau melakukan heavy handed approach (pendekatan tegas) untuk dorong konsolidasi perbankan," kata pengamat perbankan Ryan Kiryanto di Jakarta, Minggu. Menurut Ryan, selama ini langkah perbankan untuk konsolidasi seperti penari "poco-poco", maju selangkah, tapi mundur dua langkah. "Memang sebaiknya konsolidasi melalui `merger dan akuisisi` idealnya didasarkan pada pendekatan bisnis. Tapi karena BI melihat progresnya sangat lamban, terpaksa harus dilakukan agak keras dengan tekanan melalui reward and punishment system," katanya. Dengan demikian, lanjut peneliti senior ekonomi Bank BNI ini bank-bank harus sudah punya rencana konsolidasi pada tahun 2007 dan dimasukkan ke dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) sesuai Peraturan BI tentang konsolidasi perbankan. Menurutnya, dengan BI melakukan tindakan yang tegas, maka bank-bank hingga 2007 - 2008 harus segera mempersiapkan diri. "Kalau waktu yang ada tidak dimanfaatkan, saya yakin BI akan melakukan tindakan tegas. Sehingga pada akhirnya mulai 2010 dan seterusnya jumlah bank hanya berkisar 50-60 saja," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006