Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan surplus transaksi berjalan Indonesia 2007 mencapai 6-8 miliar dolar AS atau 1,5-1,9 persen dari produk domestik bruto (PDB). Menurut data BI yang disampaikan pada pertemuan pemerintah Indonesia dengan perwakilan negara asing dan Kadin di Jakarta, Senin, proyeksi tersebut didukung oleh kinerja ekspor yang meningkat meski impor juga naik seiring peningkatan permintaan domestik. BI juga memperkirakan masuknya investasi modal akan mendominasi neraca modal (capital account) namun investasi langsung diperkirakan masih akan tetap rendah. Kinerja ekspor (migas dan non migas) diperkirakan mencapai 109 miliar dolar AS sedangkan impor (migas dan non migas) mencapai 79 miliar dolar AS. Cadangan devisa diperkirakan berada pada 45,4 miliar dolar AS dan diharapkan mampu mendukung stabilitas nilai tukar rupiah pada 2007. Untuk pertumbuhan ekonomi tahun 2007, BI memproyeksikan pada angka 6 persen dengan perkiraan target inflasi 6,6 persen, nilai tukar rupiah Rp9.100 hingga Rp9.500 per dolar AS, dan SBI satu bulan 8,88 persen. Sedangkan pada 2008, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 6,2 persen dengan target inflasi 6,3 persen nilai tukar rupiah Rp9.200 hingga Rp9.600 per dolar AS dan SBI satu bulan 8,50 persen. Gubernur BI, Burhanuddin Abdullah usai pertemuan itu mengatakan, koordinasi moneter dan fiskal antara pemerintah dengan BI sudah berjalan dengan baik. Meski BI ke depan tetap akan berhati-hati, Burhanuddin menjelaskan, BI tetap akan berusaha mencapai target pertumbuhan ekonomi 6 plus minus satu persen yang berujung kepada penurunan pengangguran dan tingkat kemiskinan. Ditanya mengenai konsolidasi perbankan khususnya kapan penciutan jumlah bank menjadi hanya sekitar 70 bank, Burhanuddin mengatakan, jumlah 70 bank itu masuk dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sedangkan API itu sendiri mengatur targetnya antara 2010-2015, sehingga masih terdapat waktu cukup panjang untuk mencapainya. (*)

Copyright © ANTARA 2006